Berdasarkan dongeng karya Pushkin.

Terjemahan ke dalam bahasa Inggris oleh Emali Striganova. 13 tahun.

Cerita tentang nelayan dan ikan emas.

Suatu ketika, ada seorang lelaki tua dan seorang perempuan tua yang tinggal di dekat laut hitam di rumah kecil mereka selama lebih dari 3 plus 3 tahun. Setiap hari laki-laki itu pergi keluar untuk memancing, sementara perempuan tua itu duduk di dalam rumah kecilnya sambil mengingat kehidupan lamanya di mana dia memiliki semua yang dia inginkan. Seorang pembantu, rumah besar dan apapun yang dia inginkan.

Ayahnya adalah seorang pencuri dan orang yang membawa pulang uang. Setiap hari gadis itu keluar dan suatu hari, dia menikah dengan seorang pria muda yang mirip dengannya. Tapi suatu hari, ayahnya dikirim ke penjara. Dia dan suaminya menghabiskan setiap sen terakhir yang diperoleh ayah. Bank bahkan menyita rumah mereka karena punya banyak uang.

Suatu hari lelaki tua itu pergi mencari ikan di tepi laut tetapi dia tidak mendapatkan satu pun makanan. Matahari sudah terbenam, tiba-tiba pancing mulai tertarik dan tak lama kemudian lelaki itu melihat seekor ikan berwarna emas.

“Tolong biarkan aku pergi, tolong biarkan aku kembali ke laut. Aku mohon padamu” kata ikan itu.

“Jika kamu melepaskanku, aku akan mengabulkan tiga permintaanmu, tapi tolong lepaskan aku.”

“Apa yang bisa kamu lakukan, ikan kecil? Tapi aku akan membiarkanmu kembali ke laut” kata pria itu.

“Terima kasih, dan sekarang aku akan mengabulkan permintaan pertamamu, pilihlah dengan bijak” jawab ikan ajaib itu sambil lelaki tua itu melepaskannya.

“Sekarang, buatlah permintaanmu, pak tua, dan aku akan mengabulkan permintaanmu” kata ikan itu.

“Baiklah, saya kira saya ingin ember saya penuh dengan ikan” kata pria itu.

Begitu pria itu menyelesaikan kalimatnya, embernya sudah penuh sampai ke atas. Senang dan puas lelaki tua itu pulang ke rumah dan berharap istrinya bahagia. Saat dia masuk, istrinya melihat ember penuh ikan dan benar-benar tersenyum.

“Oh, betapa beruntungnya aku hari ini!” kata pria itu sambil terus menceritakan semua tentang pertemuan aneh dengan ikan ajaib itu.
Saat dia selesai bercerita, kejahatan melintas di mata istrinya.

“Dasar bodoh, kamu seharusnya meminta sesuatu yang lebih besar atau lebih baik daripada seember ikan!” Seperti sebuah rumah. Sekarang kembalilah ke ikan itu dan mintalah padanya sebuah rumah besar yang berisi air dan gas” kata perempuan itu.

Orang tua itu kembali ke Laut Hitam dan mulai meminta ikan untuk datang. Ikan itu berenang dan berhenti.

“Apa yang kamu pikirkan?” Kata ikan itu.

“Istri saya, dia tidak senang, dia menginginkan rumah batu bata putih dan harus ada air dan gas.” Jawab pria itu.

“Jangan khawatir, pulanglah. Rumah batu putihmu akan menunggumu” kata ikan.

Pria itu pulang dan melihat rumah yang dimintanya dari ikan. Namun istrinya tetap tidak bahagia.

“Bodoh, kamu punya rumah, tapi siapa yang akan membersihkannya? Kembalilah ke ikan ajaib bodohmu. Tanyakan padanya siapa yang akan bekerja di dalamnya? Saya mengharapkan pembantu, yang melakukan semua yang saya katakan” kata sang istri.

Pria itu kembali ke Laut Hitam dan meminta ikan lagi. Ikan itu berenang lagi dan bertanya padanya.

“Apa yang kamu perlukan, pak tua?” tanya ikan itu.

“Istri saya belum bahagia, dia menginginkan pembantu agar mereka juga melakukan semua yang dia perintahkan” kata pria itu.

“Jangan bersedih, kembalilah ke rumahmu dan kamu akan mendapatkan pembantu” jawab ikan.

Dan pria itu pulang. Ketika pria itu pulang, dia mendengar istrinya berteriak, memukuli dan memerintah para pembantu. Istrinya berlari ke arahnya dan berkata.

“Kembalilah ke ikan bodohmu, aku butuh lebih banyak. Saya ingin duduk di kursi kepresidenan, saya ingin memerintah negara, dan terlebih lagi saya ingin seluruh dunia takut kepada saya. Aku ingin mereka sujud kepadaku, aku ingin ditakuti. Dan kamu, aku akan menempatkanmu sebagai wakil, kamu tidak cocok untuk yang lain” perintah sang istri.

“Ikan itu hanya berjanji untuk memenuhi tiga permintaan!” dibicarakan oleh pria itu.

“Kembalilah ke Laut Hitam, dan lakukan apa pun untuk memenuhi keinginanku!” wanita itu berteriak ke arahnya.

Pria itu berjalan kembali ke Laut dan dia duduk. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun, dia tidak bisa memanggil ikan itu. Namun ikan itu datang dengan sendirinya.

“Ada apa sekarang? “Apa yang kamu butuhkan?” tanya ikan itu.

“Oh, istriku marah lagi. Dia ingin duduk di kursi presiden dan dia ingin seluruh dunia takut padanya. Saya tidak tahu harus berbuat apa.” kata pria itu.

Tiba-tiba, langit meredup. Awan hitam besar menutupi permukaan tanah. Lalu terdengarlah petir keras yang menghantam tanah. Ombak besar yang tinggi datang menderu-deru dan menderu-deru hingga ke pantai.
Dan saat awan mulai cerah, sinar matahari yang cerah menyinari segalanya.
Dan rumah batu putih mereka lenyap, begitu pula lelaki tua dan istrinya.
.
Melayani wanita tua yang kejam itu dengan benar. Dan itu benar bagi orang bodoh.

>Ikan Emas

Dongeng Ikan Emas (Goldfish) dalam bahasa Inggris

Pada suatu ketika, di sebuah negeri yang jauh, hiduplah sepasang suami istri yang sangat miskin di sebuah gubuk tidak jauh dari tepi laut. Satu-satunya makanan mereka hanyalah ikan yang ditangkap lelaki tua itu di laut. Suatu pagi, seperti rutinitasnya yang biasa, sang nelayan membawa jaring ikannya ke laut. Namun pada hari tersebut terjadi sesuatu yang tidak biasa, pada hari tersebut sang nelayan berhasil menangkap Ikan Emas. Ikan Emas memohon kepada sang nelayan untuk menyelamatkan nyawanya, dan menawarkan imbalan untuk mengabulkan permintaan apa pun yang diinginkan sang nelayan. Namun nelayan yang baik hati itu tidak meminta apa pun, dan mengembalikan Ikan Emas itu ke laut. Namun, istri nelayan itu tidak begitu baik hati, dia menjadi marah ketika sang nelayan menceritakan kisah tersebut kepadanya, dan mengirimnya kembali ke laut untuk menangkap Ikan Emas dan meminta sepotong roti. dia menangkap ikan dan menginginkan sepotong roti. Ketika kembali ke rumah, dia menemukan sepotong roti yang baru dipanggang di atas meja.

Istri nelayan kemudian memutuskan bahwa dia menginginkan lebih dari sekedar sepotong roti. Keesokan paginya dia mengirim suaminya untuk meminta yang baru. Dia kembali ke rumah untuk mencari istrinya dengan bak mandi baru, tapi dia tetap tidak mau. puas .

Keesokan harinya sang suami dikirim ke laut untuk mencari ikan ajaib dan mengharapkan rumah baru. Keinginan ini, seperti keinginan sebelumnya, dikabulkan kepada nelayan. Namun nelayan itu dipulangkan lagi keesokan harinya dengan harapan agar istrinya menjadi gubernur. Kali ini dia kembali ke rumah dan menemukan istrinya berpakaian mewah dan memesan pelayan. Namun wanita itu tetap tidak bahagia, dan menuntut untuk menjadi Ratu seluruh negeri.

, bahkan menjadi Ratu seluruh daratan tidak memuaskan sang istri, jadi dia mengirim suaminya untuk terakhir kalinya ke laut untuk menangkap Ikan Emas dan berharap agar dia menjadi penguasa laut dan semua makhluk yang hidup di dalamnya. . Nelayan itu menangkap ikannya dan mengucapkan permohonannya. Namun, ketika ia kembali ke rumah, istrinya sudah mengenakan pakaian compang-camping, berdiri di samping bak mandinya yang sudah rusak, di dalam gubuk tua, bahkan tanpa sepotong roti pun untuk dimakan.

Nelayan dan Ikan Emas

Suatu ketika hiduplah seorang lelaki tua dan istri baiknya

Di tepi samudra biru yang dalam;

Mereka tinggal di sebuah gubuk yang roboh

Selama tiga puluh tiga musim panas dan musim dingin.

Orang tua itu biasa mencari ikan untuk mencari nafkah,

Dan istrinya memintal benang pada tongkatnya.

Dia pernah menebarkan jaringnya ke laut,

Dan menariknya dengan lumpur dari bawah;

Dia kembali menebarkan jalanya ke laut,

Dan kali ini tidak menangkap apa pun kecuali rumput laut;

Ketika dia menebarkan jaringnya untuk ketiga kalinya,

Hanya satu ikan yang didaratkannya,

Namun, bukan ikan biasa, melainkan ikan mas.

Kini ikan mas mulai memohon padanya,

Dan ia berbicara seperti manusia sungguhan:

“Kembalikan aku, pak tua, ke laut -

Aku akan membayarmu uang tebusan kerajaan yang pantas,

Aku akan memberikan apa pun yang kamu minta padaku."

Orang tua itu terkejut dan ketakutan -

Dia telah memancing selama tiga puluh tiga musim panas,

Bat belum pernah mendengar ada ikan yang berbicara.

Maka dengan hati-hati dia melepaskan ikan mas itu

Dan dengan lembut berkata saat dia melakukannya:

“Tuhan memberkatimu, ikan mas kecilku sayang!

Terima kasih, saya tidak ingin uang tebusan Anda.

Kembalilah ke rumahmu di lautan,

Dan berkeliaranlah kemanapun kamu mau tanpa halangan.”

Nelayan tua itu bergegas menuju istrinya

Untuk memberitahunya tentang keajaiban besar ini.

“Saya hanya menangkap satu ikan pagi ini -

Ikan mas, yang paling tidak lazim;

Ia berbicara seperti seorang Kristen, dan memohon padaku

Untuk mengembalikannya ke laut,

Dan berjanji untuk membayar banyak uang tebusan,

Untuk memberi saya apa pun yang saya minta.

Tapi bagaimana saya bisa meminta uang tebusan?

Saya melepaskannya tanpa pembayaran apa pun."

Istrinya mulai memarahi suaminya:

“Oh, kamu bodoh! Oh, sungguh konyol!

Tidak bisa membuat seekor ikan membayar uang tebusan!

Anda setidaknya mungkin meminta bak cuci —

Karena milik kita semuanya hancur berkeping-keping!”

Orang tua itu kembali ke pantai,

Dimana ombak biru sedang bermain-main dengan ringan.

Wanita tuaku telah memarahiku habis-habisan-

Tidak akan meninggalkanku sendirian sebentar,

Dia bilang dia ingin bak cuci baru,

Karena milik kita semuanya hancur berkeping-keping.”

“Jangan khawatir, pulanglah, Tuhan menyertaimu -

Baiklah, kamu akan mempunyai bak cuci yang baru.”

Dan lihatlah - itu dia, bak cuci yang baru.

Tapi dia memarahinya lebih keras dari sebelumnya:

Meminta bak mandi—bak cuci belaka!

Apa manfaat yang bisa Anda peroleh dari mesin cuci?

Kembali ke ikan mas, bodoh,

Bersujudlah dan mintalah sebuah pondok.”

Sekali lagi dia kembali ke pantai,

Dan kali ini laut biru sedang bergejolak.

Dia memanggil ikan mas dengan suara keras,

“Ada apa, pak tua, yang kamu inginkan?”

Sambil membungkuk, lelaki tua itu menjawab:

“Maafkan saya, Yang Mulia Ikan Mas!

Wanita tuaku lebih marah dari sebelumnya,

Tidak akan meninggalkanku sendirian sebentar-

Orang tua yang memarahi mengatakan dia menginginkan pondok baru.”

Ikan mas bergumam sebagai jawaban:

“Jangan khawatir, pulanglah, Tuhan menyertaimu!

Jadilah itu! Anda akan memiliki pondok baru!”

Maka kembalilah lelaki tua itu membalikkan langkahnya;

Tidak ada satu tanda pun yang dilihatnya tentang gubuknya.

Sebagai gantinya berdiri sebuah pondok runcing baru,

Dengan cerobong asap dari batu bata, yang baru dicuci putih,

Sebuah pagar dengan gerbang kayu ek berdiri di sekelilingnya;

Dan di sana duduk istrinya di dekat jendela;

Ketika dia melihatnya, dia memarahinya dengan tegas:

“Oh, kamu bodoh! Oh, kamu sangat bodoh!

Meminta tidak lebih dari sebuah pondok!

Pergi dan tunduk pada ikan mas, dan beritahu dia

Bahwa aku lelah menjadi petani,

Bahwa aku ingin menjadi wanita yang baik."

Orang tua itu kemudian kembali ke tepi pantai,

Dimana lautan berbusa dengan gelisah,

Ikan mas berenang dan bertanya:

“Ada apa, pak tua, yang kamu inginkan?”

Sambil membungkuk, lelaki tua itu menjawab:

“Maafkan saya, Yang Mulia Ikan Mas!

Wanita tuaku lebih marah dari sebelumnya,

Dia tidak memberiku istirahat sedetik pun,

Katanya dia lelah menjadi petani,

Dan ingin menjadi wanita yang baik.”

Ikan mas bergumam sebagai jawaban:

“Jangan khawatir, pulanglah, Tuhan menyertaimu.”

Nelayan tua itu bergegas menemui istrinya,

Dan apa yang dia lihat? - sebuah rumah besar;

Di tangga marmer putihnya - wanita tuanya.

Dia mengenakan jaket musang yang mewah,

Dan hiasan kepala, semuanya disulam dengan emas;

Lehernya penuh dengan mutiara yang sarat muatan;

Dia memakai cincin emas di jarinya;

Dia mengenakan kulit merah paling lembut;

Para pelayan yang bersemangat membungkuk dengan lemah lembut di hadapannya,

Saat dia memborgolnya dan menilainya secara menyeluruh.

Orang tua itu kemudian menghampiri istrinya sambil berkata.

“Salam, Yang Mulia, salam, Nona yang baik!

Dia dengan marah memintanya untuk diam

Dan mengirimnya untuk bertugas di istal.

Pertama, satu minggu berlalu perlahan, lalu satu minggu lagi,

Suatu pagi dia memanggil suaminya,

Dan berkata: “Membungkuk pada ikan mas dan memberitahukannya

Aku lelah menjadi seorang wanita,

Dan aku ingin diangkat menjadi Tsaritsa.”

Suaminya memohon padanya dengan ketakutan,

Mengatakan: “Wanita-kamu pasti sudah gila!”

Anda bahkan tidak dapat berbicara seperti seorang wanita!

Anda akan diejek di seluruh kerajaan!

Wanita tuanya menjadi lebih marah dari sebelumnya,

Menampar wajahnya lalu berteriak penuh semangat:

“Beraninya kamu, muzhik, berdiri dan berdebat,

Berdiri dan berdebat denganku, wanita yang baik?

Segera pergi - jika tidak, saya peringatkan Anda,

Mau tak mau kau akan terseret ke pantai."

Orang tua itu turun ke pantai

(Lautannya bengkak dan suram).

Dia memanggil ikan mas dengan suara keras,

Dan ikan mas itu berenang dan bertanya:

“Ada apa, pak tua, yang kamu inginkan?”

Sambil membungkuk, lelaki tua itu menjawab:

“Maafkan saya, Yang Mulia Ikan Mas!

Sekali lagi wanita tuaku menjadi gila!

Sekarang dia lelah menjadi seorang wanita!

Dia ingin dijadikan Tsaritsa.

Ikan mas bergumam sebagai jawaban:

Jangan khawatir, pulanglah, Tuhan menyertaimu!

Baiklah! Dia akan menjadi Tsaritsa!

Nelayan tua itu bergegas menemui istrinya,

Dan apa yang dia lihat? Sebuah istana megah;

Di istana dia melihat wanita tuanya,

Di meja dia duduk, seorang Tsaritsa,

Dihadiri oleh para bangsawan dan bangsawan;

Mereka menuangkan anggur pilihan ke dalam pialanya,

Dia sedang menggigit wafer roti jahe manis;

Di sekelilingnya, para penjaga yang muram berdiri diam,

Dengan tombak di bahu mereka yang lebar.

Orang tua itu terkejut ketika melihat ini,

Dia membungkuk dan berkata dengan rendah hati:

“Salam, Oh Tsaritsa yang perkasa!

Sekarang saya harap jiwa Anda terpuaskan!”

Tapi dia tidak melirik suaminya -

Dia memerintahkan dia untuk menjauh dari kehadirannya.

Para bangsawan dan bangsawan semuanya bergegas

Dan mengusirnya dengan pukulan dari kamar;

Para penjaga di pintu melambaikan tombak mereka

Dan mengancam akan mencincangnya hingga berkeping-keping.

Semua orang mencemoohnya sambil berkata.

“Baiklah, sekarang, kau orang tua yang tidak baik hati.

Anda churl-ini akan memberi Anda pelajaran,

Untuk tetap berada di posisimu di masa depan!”

Pertama, satu minggu berlalu dengan lambat, lalu satu minggu lagi;

Wanita tua itu menjadi lebih bangga dari sebelumnya.

Dia memanggil suaminya suatu pagi,

Dan pengurus rumah tangganya menariknya ke hadapannya.

Wanita tua itu berkata kepada suaminya:

"Pergilah, tunduklah pada ikan mas itu, dan katakan padanya

Bahwa aku lelah menjadi Tsaritsa,

Di lautan aku ingin menjadi nyonya,

Dengan rumahku di perairan laut biru;

Ikan mas yang kuinginkan untuk pelayanku

Untuk melaksanakan perintah dan tugasku."

Orang tua itu tidak berani membantahnya,

Juga tidak membuka bibirnya untuk memberikan jawaban.

Dia dengan sedih berangkat ke pantai.

Badai mengamuk di lautan,

Airnya membengkak dan marah,

Tagihannya mendidih karena amarah.

Dia memanggil ikan mas dengan suara keras.

Ikan mas berenang dan bertanya:

“Ada apa, pak tua, yang kamu inginkan?”

Sambil membungkuk, lelaki tua itu menjawab;

“Maafkan saya, Yang Mulia Ikan Mas!

Apa yang harus kulakukan terhadap wanita tuaku yang terkutuk itu?

Dia lelah menjadi Tsaritsa,

Di lautan dia sekarang ingin menjadi nyonya,

Dengan rumahnya di perairan laut biru;

Dia ingin kamu menjadi pelayannya sendiri,

Untuk melakukan perintah dan tugas-tugasnya."

Tidak sepatah kata pun yang diucapkan ikan mas sebagai jawaban,

Ia hanya mengibaskan ekornya, dan diam

Hilang di kedalaman lautan.

Sia-sia dia menunggu jawaban,

Dan akhirnya membelokkan langkahnya ke istana;

Dan lihatlah, di sana lagi berdiri gubuknya;

Di ambang pintu duduk wanita tuanya,

Dengan wastafel rusak yang sama di hadapannya.

Diterjemahkan oleh Irina Zheleznova, 1986