Perasaan - proses mental paling sederhana yang terdiri dari refleksi sifat-sifat individu dari objek dan fenomena selama dampak langsungnya pada reseptor yang sesuai

Reseptor - Ini adalah formasi saraf sensitif yang merasakan pengaruh lingkungan eksternal atau internal dan menyandikannya dalam bentuk serangkaian sinyal listrik. Sinyal-sinyal ini kemudian dikirim ke otak, yang menerjemahkannya. Proses ini disertai dengan munculnya fenomena mental yang paling sederhana - sensasi.

Beberapa reseptor manusia digabungkan menjadi formasi yang lebih kompleks - organ indera. Seseorang memiliki organ penglihatan - mata, organ pendengaran - telinga, organ keseimbangan - alat vestibular, organ penciuman - hidung, organ pengecap - lidah. Pada saat yang sama, beberapa reseptor tidak bersatu menjadi satu organ, tetapi tersebar di seluruh permukaan tubuh. Ini adalah reseptor untuk suhu, nyeri dan sensitivitas sentuhan. Sejumlah besar reseptor terletak di dalam tubuh: reseptor tekanan, indera kimia, dll. Misalnya, reseptor yang sensitif terhadap kandungan glukosa dalam darah memberikan rasa lapar. Reseptor dan organ indera adalah satu-satunya saluran yang melaluinya otak dapat menerima informasi untuk diproses selanjutnya.

Semua reseptor dapat dibagi menjadi jauh , yang dapat merasakan iritasi dari jarak jauh (visual, pendengaran, penciuman) dan kontak (rasa, sentuhan, nyeri).

Penganalisis adalah bahan dasar sensasi

Sensasi adalah produk aktivitas analisa orang. Penganalisis adalah kompleks formasi saraf yang saling berhubungan yang menerima sinyal, mengubahnya, mengkonfigurasi peralatan reseptor, mengirimkan informasi ke pusat saraf, memprosesnya, dan menguraikannya. AKU P. Pavlov percaya bahwa penganalisis terdiri dari tiga elemen: organ indera ,jalur konduktif Dan bagian kortikal . Menurut konsep modern, penganalisis mencakup setidaknya lima bagian: reseptor, konduktor, unit penyetelan, unit penyaringan, dan unit analisis. Karena bagian konduktor pada dasarnya hanyalah kabel listrik yang menghantarkan impuls listrik, peran terpenting dimainkan oleh empat bagian penganalisis. Sistem umpan balik memungkinkan Anda melakukan penyesuaian pada pengoperasian bagian reseptor ketika kondisi eksternal berubah (misalnya, menyempurnakan penganalisis dengan kekuatan tumbukan yang berbeda).

Ambang batas sensasi

Dalam psikologi, ada beberapa konsep ambang sensitivitas

Ambang sensitivitas absolut yang lebih rendah didefinisikan sebagai kekuatan stimulus terendah yang dapat menimbulkan sensasi.

Reseptor manusia sangat sensitif terhadap rangsangan yang memadai. Misalnya, ambang batas penglihatan bawah hanya 2-4 kuanta cahaya, dan ambang penciuman sama dengan 6 molekul zat berbau.

Rangsangan dengan kekuatan kurang dari ambang batas tidak menimbulkan sensasi. Mereka dipanggil bawah sadar dan tidak disadari, namun dapat menembus alam bawah sadar, menentukan tingkah laku manusia, sekaligus menjadi landasannya mimpi, intuisi, keinginan bawah sadar. Penelitian para psikolog menunjukkan bahwa alam bawah sadar manusia dapat bereaksi terhadap rangsangan yang sangat lemah atau sangat singkat yang tidak dirasakan oleh kesadaran.

Ambang sensitivitas absolut atas mengubah sifat sensasi (paling sering menjadi nyeri). Misalnya, dengan peningkatan suhu air secara bertahap, seseorang mulai merasakan bukan panas, tetapi rasa sakit. Hal yang sama terjadi pada suara yang kuat dan atau tekanan pada kulit.

Ambang batas relatif (ambang batas diskriminasi) adalah perubahan minimum intensitas stimulus yang menyebabkan perubahan sensasi. Menurut hukum Bouguer-Weber, ambang sensasi relatif adalah konstan bila diukur sebagai persentase dari nilai awal rangsangan.

hukum Bouguer-Weber: “Ambang batas diskriminasi yang dimiliki setiap penganalisis

nilai relatif konstan":

DI/I = konstanta, dimana I adalah kekuatan stimulus

Klasifikasi sensasi

1. Sensasi eksteroseptif mencerminkan sifat-sifat objek dan fenomena lingkungan luar (“panca indera”). Ini termasuk sensasi visual, pendengaran, rasa, suhu dan sentuhan. Faktanya, ada lebih dari lima reseptor yang memberikan sensasi ini, dan apa yang disebut “indra keenam” tidak ada hubungannya dengan itu. Misalnya sensasi visual yang muncul saat bersemangat sumpit(“penglihatan senja, hitam putih”) dan kerucut(“siang hari, penglihatan warna”). Sensasi suhu pada manusia terjadi selama eksitasi terpisah reseptor dingin dan panas. Sensasi taktil mencerminkan dampak pada permukaan tubuh, dan terjadi ketika bersemangat atau sensitif reseptor sentuhan di lapisan atas kulit, atau dengan paparan yang lebih kuat reseptor tekanan di lapisan terdalam kulit.

2. Sensasi interoreseptif mencerminkan keadaan organ dalam. Ini termasuk sensasi sakit, lapar, haus, mual, mati lemas, dll. Sensasi nyeri menandakan kerusakan dan iritasi pada organ tubuh manusia dan merupakan manifestasi unik dari fungsi pelindung tubuh. Intensitas nyeri bervariasi, mencapai kekuatan yang besar dalam beberapa kasus, bahkan dapat menyebabkan keadaan syok.

3. Sensasi proprioseptif (otot-motorik). Ini adalah sensasi yang mencerminkan posisi dan gerakan tubuh kita. Dengan bantuan sensasi otot-motorik, seseorang menerima informasi tentang posisi tubuh dalam ruang, tentang posisi relatif seluruh bagiannya, tentang pergerakan tubuh dan bagian-bagiannya, tentang kontraksi, peregangan dan relaksasi otot. , kondisi sendi dan ligamen, dll. Sensasi otot-motorik itu kompleks. Stimulasi simultan pada reseptor dengan kualitas berbeda memberikan sensasi dengan kualitas unik: stimulasi ujung reseptor pada otot menciptakan perasaan tonus otot saat melakukan suatu gerakan; sensasi ketegangan dan usaha otot berhubungan dengan iritasi pada ujung saraf tendon; iritasi pada reseptor permukaan artikular memberikan rasa arah, bentuk dan kecepatan gerakan. Banyak penulis memasukkan dalam kelompok sensasi yang sama sensasi keseimbangan dan akselerasi yang timbul sebagai akibat dari stimulasi reseptor penganalisis vestibular.

Sifat sensasi

Sensasi memiliki sifat tertentu:

· adaptasi,

· kontras,

ambang sensasi

· sensitisasi,

· gambar berurutan.

Imajinasi adalah proses transformasi kreatif ide-ide yang mencerminkan kenyataan, dan penciptaan atas dasar ide-ide baru yang sebelumnya tidak tersedia. Selain itu, ada definisi lain tentang imajinasi. Misalnya, dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk membayangkan suatu objek yang tidak ada (saat ini atau secara umum dalam kenyataan), menahannya dalam kesadaran dan memanipulasinya secara mental. Kadang-kadang istilah "fantasi" digunakan sebagai sinonim, yang berarti proses menciptakan sesuatu yang baru dan produk akhir dari proses ini. Oleh karena itu, istilah "imajinasi" telah diadopsi dalam psikologi, yang hanya menunjukkan sisi prosedural dari fenomena ini. Imajinasi berbeda dari persepsi dalam dua hal: - sumber gambaran yang muncul bukanlah dunia luar, tetapi ingatan; - kurang sesuai dengan kenyataan, karena selalu mengandung unsur fantasi. Fungsi imajinasi: 1 Representasi realitas dalam gambar, yang memungkinkannya digunakan saat melakukan operasi dengan objek imajiner. 2 Pembentukan rencana tindakan internal (menciptakan gambaran suatu tujuan dan mencari cara untuk mencapainya) dalam kondisi ketidakpastian. 3 Partisipasi dalam regulasi sukarela proses kognitif (manajemen memori). 4 Pengaturan keadaan emosional (dalam pelatihan otomatis, visualisasi, pemrograman neuro-linguistik, dll.). 5 Dasar kreativitas - baik artistik (sastra, lukisan, patung) maupun teknis (penemuan) 6 Penciptaan gambar yang sesuai dengan deskripsi suatu objek (ketika seseorang mencoba membayangkan sesuatu yang pernah didengar atau dibacanya). 7 Menghasilkan gambaran yang tidak memprogram, namun menggantikan aktivitas (mimpi indah menggantikan kenyataan membosankan). Jenis imajinasi:
Tergantung pada prinsip yang mendasari klasifikasi, berbagai jenis imajinasi dapat dibedakan (Gbr. 10.1): Ciri-ciri jenis imajinasi tertentu Imajinasi aktif (disengaja) - penciptaan gambar atau ide baru oleh seseorang atas kemauannya sendiri, disertai dengan upaya tertentu (penyair mencari gambar artistik baru untuk menggambarkan alam, penemu menetapkan a tujuan untuk membuat perangkat teknis baru, dll.). Imajinasi pasif (tidak disengaja) - dalam hal ini, seseorang tidak menetapkan tujuan untuk mengubah kenyataan, dan gambaran secara spontan muncul dengan sendirinya (fenomena mental jenis ini mencakup berbagai macam fenomena, mulai dari mimpi hingga gagasan yang tiba-tiba dan secara tidak terencana muncul di benak penemunya). Imajinasi produktif (kreatif) adalah penciptaan ide-ide baru yang fundamental yang tidak memiliki model langsung, ketika realitas diubah secara kreatif dengan cara baru, dan tidak sekadar disalin atau diciptakan kembali secara mekanis. Imajinasi reproduktif (rekreasi) adalah penciptaan gambaran suatu objek atau fenomena sesuai dengan uraiannya, ketika realitas direproduksi dari ingatan apa adanya. Ciri-ciri jenis imajinasi tertentu: Mimpi dapat diklasifikasikan menjadi bentuk imajinasi pasif dan tidak disengaja. Menurut derajat transformasi realitas, mereka dapat bersifat reproduktif dan produktif. Ivan Mikhailovich Sechenov menyebut mimpi sebagai “kombinasi kesan pengalaman yang belum pernah terjadi sebelumnya,” dan ilmu pengetahuan modern percaya bahwa mimpi mencerminkan proses transfer informasi dari memori operasional ke memori jangka panjang. Sudut pandang lain adalah bahwa dalam mimpi seseorang banyak kebutuhan vital yang diungkapkan dan dipenuhi, yang karena beberapa alasan, tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata.

Halusinasi- bentuk imajinasi pasif dan tidak disengaja. Menurut tingkat transformasi realitas, mereka paling sering bersifat produktif. Halusinasi adalah penglihatan fantastis yang tidak memiliki hubungan jelas dengan kenyataan di sekitar seseorang. Halusinasi biasanya disebabkan oleh beberapa jenis gangguan mental atau efek obat-obatan atau obat-obatan pada otak.

Mimpi berbeda dengan halusinasi, halusinasi adalah kondisi mental yang sepenuhnya normal, yang merupakan fantasi yang terkait dengan keinginan, paling sering merupakan masa depan yang diidealkan. Ini adalah jenis imajinasi pasif dan produktif.

Mimpi Ini berbeda dari mimpi karena lebih realistis dan lebih mungkin dilakukan. Mimpi adalah sejenis bentuk imajinasi aktif. Menurut tingkat transformasi realitas, mimpi paling sering bersifat produktif. Ciri-ciri mimpi : - Saat bermimpi, seseorang selalu menciptakan gambaran tentang apa yang diinginkannya. - Tidak secara langsung dimasukkan dalam aktivitas manusia dan tidak serta merta memberikan hasil praktis. - Mimpi ditujukan ke masa depan, sementara beberapa bentuk imajinasi lainnya berhubungan dengan masa lalu. - Gambaran yang diciptakan seseorang dalam mimpinya dibedakan oleh kekayaan emosional, karakter yang cerah, dan pada saat yang sama - kurangnya pemahaman tentang cara-cara spesifik untuk mewujudkan mimpi tersebut. Mimpi dan lamunan menyita sebagian besar waktu seseorang, terutama di masa muda. Bagi kebanyakan orang, mimpi adalah pemikiran menyenangkan tentang masa depan. Beberapa juga mengalami penglihatan yang mengganggu sehingga menimbulkan perasaan cemas, bersalah, dan agresif. Mekanisme pengolahan ide menjadi gambar imajiner.

Pembuatan gambar imajiner dilakukan dengan menggunakan beberapa metode: Aglutinasi - “melipat”, “menempelkan” berbagai bagian yang tidak berhubungan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah karakter klasik dongeng - centaur, Serpent-Gorynych, dll. Hiperbolisasi

2.- peningkatan atau penurunan yang signifikan pada suatu objek atau bagian-bagiannya, yang mengarah pada sifat-sifat baru secara kualitatif. Contohnya adalah karakter dongeng dan sastra berikut: raksasa Homeric Cyclops, Gulliver, Little Thumb. Aksen

- menonjolkan detail karakteristik pada gambar yang dibuat (kartun ramah, karikatur).

Persepsi

– refleksi holistik objek dan fenomena dalam totalitas sifat dan bagiannya yang berdampak langsung pada indera. Persepsi selalu merupakan sekumpulan sensasi, dan sensasi merupakan bagian integral dari persepsi. Namun, persepsi bukanlah sekedar kumpulan sensasi yang diterima dari suatu objek tertentu, melainkan suatu tahap kognisi sensorik yang baru secara kualitatif dan kuantitatif.

Skema pembentukan gambaran mental selama persepsi: Dasar fisiologis persepsi , adalah aktivitas terkoordinasi dari beberapa penganalisis, yang terjadi dengan partisipasi bagian asosiatif korteks serebral dan pusat bicara.

Misalnya, persepsi terhadap sebuah apel terdiri dari sensasi visual berupa lingkaran hijau, sensasi sentuhan permukaan halus, keras dan sejuk, serta sensasi penciuman terhadap bau khas apel. Jika digabungkan, ketiga sensasi ini akan memberi kita kesempatan untuk melihat keseluruhan objek - sebuah apel.

Persepsi harus dibedakan dari kiriman, yaitu penciptaan mental dari gambaran objek dan fenomena yang pernah mempengaruhi tubuh, tetapi tidak ada pada saat ini.

Dalam proses pembentukan suatu citra dipengaruhi sikap, minat, kebutuhan, Dan motif kepribadian. Dengan demikian, gambaran yang muncul saat melihat anjing yang sama akan berbeda bagi orang yang lewat secara acak, peternak anjing amatir, dan orang yang baru saja digigit anjing. Persepsi mereka akan berbeda dalam kelengkapan dan emosionalitas. Peran besar dalam persepsi dimainkan oleh keinginan seseorang untuk mempersepsikan objek tertentu, aktivitas persepsinya.

Sifat persepsi

Persepsi manusia berbeda dari sensasi dalam beberapa sifat tertentu. Sifat utama persepsi adalah:

· keteguhan,

· integritas.

· selektivitas,

· objektivitas,

· apersepsi,

· kebermaknaan,

Jenis persepsi

Ada tiga klasifikasi utama proses persepsi - menurut bentuk keberadaan materi, menurut modalitas utama, dan menurut tingkat kendali kehendak.

Menurut klasifikasi pertama , ada tiga jenis persepsi

Persepsi ruang- ini adalah persepsi jarak ke atau di antara objek, posisi relatifnya, volumenya, jarak dan arah lokasinya.

Persepsi gerak- ini adalah cerminan waktu dari perubahan posisi benda atau pengamat itu sendiri dalam ruang.

Persepsi waktu adalah bidang psikologi yang paling sedikit dipelajari. Selama ini hanya diketahui bahwa penilaian lamanya suatu jangka waktu tergantung pada peristiwa apa (dari sudut pandang orang tertentu) yang diisinya. Jika waktu dipenuhi dengan banyak peristiwa menarik, maka waktu berlalu dengan cepat, dan jika hanya ada sedikit peristiwa penting, maka waktu berlalu dengan lambat. Ketika mengingat, terjadi fenomena sebaliknya - periode waktu yang diisi dengan hal-hal menarik bagi kita terasa lebih lama daripada periode waktu yang “kosong”. Dasar material untuk persepsi manusia tentang waktu adalah apa yang disebut "jam seluler" - durasi tetap dari beberapa proses biologis pada tingkat sel individu, yang dengannya tubuh memeriksa durasi jangka waktu yang lama.

Klasifikasi persepsi kedua (menurut modalitas utama) meliputi persepsi visual, pendengaran, pengecapan, penciuman, sentuhan, serta persepsi tubuh seseorang dalam ruang.

Sesuai dengan klasifikasi dalam pemrograman neuro-linguistik (salah satu bidang psikologi modern), semua orang biasanya dibagi menjadi pembelajar visual, auditori, dan kinestetik. Untuk pembelajar visual, jenis persepsi visual mendominasi, untuk pembelajar auditori – pendengaran, dan untuk pembelajar kinestetik – taktil, pengecapan, dan suhu.

3. Memori - kemampuan (suatu sistem kehidupan untuk mencatat fakta interaksi dengan lingkungan, menyimpan hasil interaksi tersebut dalam bentuk pengalaman dan menggunakannya dalam perilaku.

memori adalah proses mental kompleks yang terdiri dari beberapa proses khusus yang saling berhubungan. Memori sangat penting bagi seseorang. Hal ini memungkinkan dia untuk mengumpulkan, menyimpan, dan selanjutnya menggunakan pengalaman hidup pribadi. Ingatan manusia bukan sekedar fungsi tunggal. Ada banyak proses berbeda yang terlibat. Ada tiga jenis memori yang sangat berbeda: 1) sebagai “jejak langsung” informasi sensorik; 2) memori jangka pendek; 3) memori jangka panjang.

Jejak langsung informasi sensorik . Sistem ini mempertahankan gambaran yang cukup akurat dan lengkap tentang dunia yang dirasakan oleh indra. Durasi menyimpan gambar sangat singkat - 0,1-0,5 detik. Pejamkan mata, lalu buka sejenak dan tutup kembali. Perhatikan bagaimana gambaran jernih dan jernih yang Anda lihat bertahan selama beberapa saat dan kemudian perlahan menghilang.

Memori jangka pendek menampung jenis bahan yang berbeda. Dalam hal ini, informasi yang disimpan bukanlah representasi lengkap dari peristiwa yang terjadi pada tingkat sensorik, melainkan interpretasi langsung dari peristiwa tersebut. Misalnya, jika seseorang mengucapkan sebuah frasa di depan Anda, Anda tidak akan mengingat bunyi penyusunnya melainkan kata-katanya. Biasanya hanya 5-6 kata yang diingat. Dengan berupaya secara sadar untuk mengulangi materi tersebut berulang kali, Anda dapat menyimpannya dalam ingatan jangka pendek Anda untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Jejak memori sensorik yang langsung tidak dapat diulang; hanya disimpan selama sepersepuluh detik dan tidak ada cara untuk memperpanjangnya.

Memori jangka panjang . Ada perbedaan yang jelas dan menarik antara ingatan akan peristiwa yang baru saja terjadi dan peristiwa di masa lalu. Memori jangka panjang adalah sistem memori yang paling penting dan paling kompleks. Kapasitas sistem memori yang disebutkan pertama sangat terbatas: yang pertama terdiri dari beberapa persepuluh detik, yang kedua - beberapa unit penyimpanan. Kapasitas memori jangka panjang praktis tidak terbatas. Apa pun yang disimpan lebih dari beberapa menit pasti ada dalam sistem memori jangka panjang. Sumber utama kesulitan yang berhubungan dengan ingatan jangka panjang adalah masalah pengambilan informasi.

DI DALAM ingatan Ada tiga proses: menghafal(memasukkan informasi ke dalam memori), konservasi(tahan) dan pemutaran Proses-proses ini saling berhubungan. Organisasi memori mempengaruhi retensi. Kualitas penyimpanan menentukan pemutaran.

Proses menghafal dapat berlangsung sebagai pencetakan seketika - mencetak. Keadaan membekas pada diri seseorang terjadi pada saat stres emosional yang tinggi. Kemungkinan besar ada hubungannya dengan periode perkembangan sensitif fungsi mental. Ketika stimulus yang sama diulangi berkali-kali, stimulus tersebut tercetak tanpa adanya sikap sadar terhadapnya. Niat untuk menyimpan materi dalam ingatan menjadi ciri khasnya menghafal sukarela.

Pengulangan materi secara teratur untuk tujuan menghafal disebut menghafal. Peningkatan kemampuan belajar yang signifikan terjadi pada usia 8 hingga 10 tahun dan terutama meningkat pada usia 11 hingga 13 tahun. Sejak usia 13 tahun, terjadi penurunan relatif dalam laju perkembangan memori. Pertumbuhan baru dimulai pada usia 16 tahun. Pada usia 20-25 tahun, daya ingat seseorang yang melakukan pekerjaan mental mencapai tingkat tertinggi.

Berdasarkan mekanismenya, mereka dibedakan logis Dan mekanis menghafal. Menurut hasil - kata demi kata Dan semantik.

Fokus pada hafalan saja tidak memberikan efek yang diinginkan. Ketiadaannya dapat diimbangi dengan bentuk-bentuk aktivitas intelektual yang tinggi, meskipun aktivitas itu sendiri tidak ditujukan untuk menghafal. Dan hanya kombinasi kedua komponen ini yang menciptakan landasan kokoh bagi keberhasilan hafalan dan menjadikan hafalan produktif.

Yang paling diingat adalah apa yang timbul sebagai hambatan atau kesulitan dalam beraktivitas. Menghafal materi yang diberikan dalam bentuk jadi kurang berhasil dilakukan dibandingkan dengan menghafal materi yang ditemukan secara mandiri selama aktivitas aktif. Apa yang diingat, meskipun tanpa disengaja, tetapi dalam proses aktivitas intelektual yang aktif, disimpan dalam ingatan lebih kuat daripada apa yang diingat secara sukarela.

Hasil hafalan lebih tinggi jika mengandalkan materi visual dan figuratif. Namun produktivitas menghafal ketika mengandalkan kata-kata meningkat seiring bertambahnya usia dibandingkan ketika mengandalkan gambar. Oleh karena itu, perbedaan penggunaan alat ini dan alat pendukung lainnya menurun seiring bertambahnya usia. Ketika Anda membuat sendiri, dukungan verbal menjadi sarana menghafal yang lebih efektif daripada gambar yang sudah jadi.

Dalam arti luas, pendukung hafalan dapat berupa segala sesuatu yang kita kaitkan dengan apa yang kita ingat atau apa yang “muncul” dalam diri kita ketika dikaitkan dengannya. Dukungan semantiknya adalah suatu hal tertentu, yaitu. sesuatu yang pendek, terkompresi, berfungsi sebagai dukungan untuk beberapa konten yang lebih luas yang menggantikannya. Bentuk poin-poin pendukung semantik yang paling berkembang adalah tesis, sebagai ungkapan singkat gagasan pokok setiap bagian. Seringkali, judul bagian berfungsi sebagai titik referensi.

Materi diingat lebih baik dan lebih sedikit dilupakan jika poin-poin penting disoroti selama proses menghafal. Kuat tidaknya suatu kubu tergantung pada seberapa dalam dan menyeluruh kita memahami isi bagian tersebut berkatnya. Titik acuan semantik adalah titik acuan pemahaman. Bagi kami, yang terpenting bukanlah poin-poin pendukungnya, melainkan aktivitas semantik yang perlu ditonjolkan.

4. Pemikiran - ini adalah bentuk aktivitas kognitif manusia yang tertinggi, proses mental yang dikondisikan secara sosial dari refleksi realitas yang tidak langsung dan umum, proses mencari dan menemukan sesuatu yang pada dasarnya baru.

Ciri-ciri utama proses berpikir adalah:

Refleksi realitas yang digeneralisasi dan tidak langsung.

Kaitannya dengan kegiatan praktikum.

Hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan ucapan.

Adanya situasi problematis dan tidak adanya jawaban yang siap pakai.

Refleksi umum pada kenyataannya berarti bahwa dalam proses berpikir kita beralih ke hal umum yang menyatukan sejumlah objek dan fenomena yang serupa. Misalnya kita berbicara tentang furnitur, yang kita maksud dengan kata ini adalah meja, kursi, sofa, kursi berlengan, lemari, dll.

Refleksi tidak langsung Kenyataannya dapat dilihat pada soal aritmatika penjumlahan beberapa apel atau penentuan kecepatan dua kereta api yang bergerak menuju satu sama lain. “Apel”, “kereta api” hanyalah simbol, gambaran konvensional, yang dibaliknya tidak boleh ada buah atau senyawa tertentu.

Berpikir muncul dari kegiatan praktis, dari pengetahuan indrawi, tetapi jauh melampaui batasnya. Pada gilirannya, kebenaran berpikir diuji selama latihan.

Berpikir terkait erat dengan pidato. Berpikir beroperasi dengan konsep-konsep, yang bentuknya berupa kata-kata, tetapi pada hakikatnya merupakan hasil operasi mental. Pada gilirannya, sebagai hasil pemikiran, konsep-konsep verbal dapat diklarifikasi.

Berpikir terjadi hanya ketika ada situasi bermasalah. Jika Anda bisa bertahan dengan cara bertindak yang lama, maka berpikir tidak diperlukan.

1.2 Ciri-ciri berpikir kualitatif

Berpikir, seperti proses kognitif manusia lainnya, memiliki sejumlah kualitas khusus. Kualitas-kualitas ini hadir pada tingkat yang berbeda-beda pada orang yang berbeda, dan penting pada tingkat yang berbeda-beda dalam memecahkan situasi masalah yang berbeda. Beberapa dari kualitas ini lebih signifikan ketika memecahkan masalah teoritis, sementara yang lain lebih penting ketika memecahkan masalah praktis.

Contoh ciri-ciri (sifat) berpikir:

Berpikir cepat - kemampuan untuk menemukan solusi yang tepat di bawah tekanan waktu

Fleksibilitas berpikir - kemampuan untuk mengubah rencana tindakan ketika situasi berubah atau kriteria keputusan yang tepat berubah

Kedalaman berpikir - tingkat penetrasi ke dalam esensi fenomena yang dipelajari, kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan logis yang signifikan antara komponen-komponen masalah

1.3 Berpikir dan kecerdasan

Intelijen- totalitas kemampuan mental seseorang yang menjamin keberhasilan aktivitas kognitifnya.

Dalam arti luas, istilah ini dipahami sebagai totalitas seluruh fungsi kognitif seseorang (persepsi, ingatan, imajinasi, pemikiran), dan dalam arti sempit - kemampuan mentalnya.

Dalam psikologi ada sebuah konsep struktur intelijen Namun pemahaman terhadap struktur ini sangat bervariasi tergantung pandangan psikolog tertentu. Misalnya, ilmuwan terkenal R. Cattell mengidentifikasi dua sisi dalam struktur kecerdasan: dinamis, atau cair ( "cairan"), dan statis atau mengkristal ( “mengkristal”). Menurut konsepnya, kecerdasan cair memanifestasikan dirinya dalam tugas-tugas yang penyelesaiannya memerlukan adaptasi yang cepat dan fleksibel terhadap situasi baru. Hal ini lebih tergantung pada genotipe orang tersebut. Kecerdasan terkristalisasi lebih bergantung pada lingkungan sosial, dan diwujudkan ketika memecahkan masalah yang memerlukan keterampilan dan pengalaman yang relevan.

Anda dapat menggunakan model struktur kecerdasan lainnya, misalnya dengan menyoroti komponen-komponen berikut di dalamnya:

·Kemampuan untuk belajar (cepat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan kemampuan baru);

·Kemampuan untuk berhasil beroperasi dengan simbol dan konsep abstrak;

·Kemampuan untuk memecahkan masalah praktis dan situasi masalah.

·Jumlah memori jangka panjang dan RAM yang tersedia.

Oleh karena itu, tes kecerdasan mencakup beberapa kelompok tugas. Yaitu tes yang mengungkapkan banyaknya pengetahuan dalam suatu bidang tertentu, tes yang mengevaluasi perkembangan intelektual seseorang sehubungan dengan usia biologisnya, tes yang menentukan kemampuan seseorang dalam memecahkan situasi masalah dan tugas intelektual. Selain itu, ada tes kecerdasan khusus, misalnya berpikir abstrak-logis atau spasial, kecerdasan verbal, dll. Tes kecerdasan yang paling terkenal antara lain:

Tes Stanford-Binet: menilai perkembangan intelektual anak.

Tes Wechsler: menilai komponen kecerdasan verbal dan nonverbal.

Tes gagak: kecerdasan nonverbal.

Tes Eysenck (IQ)– menentukan tingkat perkembangan kecerdasan secara umum

Dalam mempelajari kecerdasan dalam psikologi, ada dua pendekatan: kemampuan intelektual adalah bawaan atau kemampuan intelektual berkembang dalam proses perkembangan individu, serta versi peralihannya.

Sensasi adalah cerminan sifat-sifat tertentu, individu, kualitas, aspek objek dan fenomena realitas material yang mempengaruhi indera pada saat tertentu.
Dasar fisiologis sensasi adalah aktivitas kompleks organ indera.
Alat anatomi dan fisiologis yang dikhususkan untuk menerima pengaruh rangsangan tertentu dari lingkungan eksternal dan internal dan mengolahnya menjadi sensasi disebut penganalisis. Setiap penganalisis terdiri dari tiga bagian:

1. Reseptor adalah organ indera yang mengubah energi pengaruh luar menjadi sinyal saraf. Setiap reseptor diadaptasi untuk menerima hanya jenis pengaruh tertentu (cahaya, suara), yaitu. memiliki rangsangan khusus terhadap agen fisik dan kimia tertentu.
2. Jalur saraf - sepanjang jalur tersebut, sinyal saraf ditransmisikan ke otak.
3. Pusat otak di korteks serebral.

Sensasi bersifat objektif, karena selalu mencerminkan stimulus eksternal, dan sebaliknya bersifat subjektif, karena bergantung pada keadaan sistem saraf dan karakteristik individu.

Ahli fisiologi Inggris I. Sherrington mengidentifikasi tiga kelas utama sensasi:
1. Sensasi eksteroseptif mencerminkan sifat-sifat objek dan fenomena di lingkungan luar (“panca indera”). Ini termasuk sensasi visual, pendengaran, rasa, suhu dan sentuhan. Reseptor terletak di permukaan tubuh.
2. Sensasi interoreseptif mencerminkan keadaan organ dalam. Ini termasuk sensasi sakit, lapar, haus, mual, mati lemas, dll. Sensasi nyeri menandakan kerusakan dan iritasi pada organ tubuh manusia dan merupakan manifestasi unik dari fungsi pelindung tubuh.
3. Sensasi proprioseptif (otot-motorik). Ini adalah sensasi yang mencerminkan posisi dan gerakan tubuh kita. Dengan bantuan sensasi otot-motorik, seseorang menerima informasi tentang posisi tubuh dalam ruang, posisi relatif seluruh bagiannya, pergerakan tubuh dan bagian-bagiannya, kontraksi, peregangan dan relaksasi otot, kondisi. sendi dan ligamen, dll.
Grup I - sensasi jauh:
1. Penglihatan - getaran elektromagnetik, pantulan cahaya dari benda.
2. Pendengaran – getaran suara.
3. Bau - partikel berbau, analisis kimia.
Kelompok II - sensasi kontak:
4. Taktil - sensasi sentuhan dan tekanan. Bahkan sedikit penurunan sensitivitas sentuhan berdampak negatif pada jiwa. Paling sensitif:
a) lidah
b) bibir,
c) ujung jari.
5. Suhu - reseptor terpisah untuk dingin dan panas. Suhu tubuh diambil sebagai 0.
6. Rasa – reseptor di papila lidah yang merespon komposisi kimia makanan.
7. Sensitivitas getaran - reaksi terhadap getaran lingkungan berfrekuensi rendah. Sensitivitas paling kuno. Nenek moyang sensasi pendengaran dan sentuhan. Tidak ada reseptor khusus; semua jaringan tubuh terlibat dalam transmisi informasi.
8. Sensitivitas nyeri - melayani naluri mempertahankan diri. Orang tanpa kepekaan terhadap rasa sakit tidak akan hidup sampai usia 10 tahun.
Kelompok III - sensasi yang berhubungan dengan tubuh itu sendiri:
Sensasi tentang kejadian di dalam tubuh.
9. Vestibular - menentukan bagaimana posisi tubuh terhadap gravitasi. Perlu dipahami mana yang naik dan mana yang turun. Reseptor di telinga bagian dalam.
10. Otot – kinestetik, dinamis, muskuloskeletal, proprioception. Sensor khusus di semua otot, perlekatan tendon, dan persendian. Bereaksi terhadap ketegangan dan relaksasi. Berkat mereka, kita dapat mengetahui apa yang dilakukan tubuh kita dengan mata tertutup. Semua jenis gerakan kerangka diatur oleh jiwa dengan partisipasi sensasi otot.
11. Sensasi introseptif - interoresepsi - hasil gabungan kerja beberapa jenis sensor di dalam tubuh (kemoreseptor - peristiwa kimia di dalam tubuh, baroreseptor - bereaksi terhadap perubahan tekanan, nyeri, dll). Seringkali mereka tidak mencapai jiwa, kesadaran. Dikendalikan oleh struktur subkortikal. Apa yang terlintas dalam kesadaran (Sechenov): “perasaan kasar yang gelap pada tubuh” kurang dipahami, tidak dapat dibedakan. Peristiwa di dalam tubuh mempengaruhi jenis sensitivitas sensorik secara eksternal.

Sifat sensasi:
1. Adaptasi adalah adaptasi kepekaan terhadap rangsangan yang terus-menerus bertindak.
2. Kontras - perubahan intensitas dan kualitas sensasi di bawah pengaruh stimulus sebelumnya atau yang menyertainya.
3. Sensitisasi - peningkatan sensitivitas di bawah pengaruh interaksi sensasi dan latihan.
4. Sinestesia memanifestasikan dirinya dalam kenyataan bahwa sensasi suatu modalitas dapat disertai dengan sensasi modalitas lain.
Tidak setiap stimulus yang mempengaruhi ujung reseptor alat analisa tertentu mampu menimbulkan sensasi. Untuk melakukan hal ini, stimulus harus memiliki besaran atau kekuatan tertentu.
Ambang sensasi absolut yang lebih rendah adalah besaran atau kekuatan minimum dari suatu stimulus yang mampu menyebabkan eksitasi saraf pada penganalisis, cukup untuk terjadinya sensasi.
Sensitivitas mutlak suatu organ indera tertentu dicirikan oleh besarnya ambang sensasi yang lebih rendah. Semakin rendah nilai ambang batas ini, semakin tinggi sensitivitas alat analisa ini. Kebanyakan alat analisa memiliki sensitivitas yang sangat tinggi. Misalnya, ambang batas absolut sensasi pendengaran, diukur dalam satuan tekanan gelombang suara udara pada gendang telinga, rata-rata adalah 0,001 boron pada manusia. Seberapa besar sensitivitas ini dapat dinilai dari fakta bahwa satu boron sama dengan sepersejuta tekanan atmosfer normal. Sensitivitas penganalisa visual bahkan lebih tinggi. Ambang batas mutlak terendah untuk sensasi cahaya adalah 2,5-10" erg/detik. Dengan kepekaan seperti itu, mata manusia dapat mendeteksi cahaya pada jarak satu kilometer, yang intensitasnya hanya seperseribu lilin normal.
Ambang batas sensasi absolut atas sesuai dengan nilai maksimum stimulus, di atasnya stimulus ini tidak lagi terasa. Dengan demikian, ambang batas atas mutlak kemampuan mendengar nada pada manusia rata-rata adalah 20.000 getaran gelombang suara per detik.

Sensasi apa pun disebabkan oleh stimulus tertentu, yang dapat bersifat eksternal - warna, suara, bau, rasa; dari dalam - lapar, haus, mual, mati lemas; secara bersamaan dari luar dan dari dalam - rasa sakit.

Menurut sifat kerja stimulus pada reseptor, sensasi dibagi menjadi tiga kelompok: eksteroseptif, interoreseptif, dan proprioseptif.

1 . Sensasi eksteroseptif. Mencerminkan sifat-sifat benda dan fenomena lingkungan luar. Ini termasuk sensasi visual, pendengaran, rasa, suhu dan sentuhan. Visual sensasi timbul akibat aksi gelombang elektromagnetik pada mata manusia. Dengan bantuan mereka, orang dapat membedakan hingga 180 corak warna dan lebih dari 10.000 corak di antaranya. pendengaran sensasi

mewakili refleksi dalam pikiran manusia terhadap kebisingan yang dikeluarkan oleh benda-benda di sekitarnya. Dengan bantuan mereka, dia memahami ucapan orang lain, mengendalikan berbagai jenis pekerjaan, menikmati musik, dll. Pencium Sensasi merupakan cerminan dari bau-bauan yang melekat pada suatu benda tertentu. Mereka membantu seseorang membedakan zat-zat yang mudah menguap dan bau di udara. Bumbu sensasi mencerminkan sifat rasa suatu benda: manis dan pahit, asin dan asam, dll. Mereka menentukan karakteristik kualitatif makanan yang dikonsumsi seseorang dan sangat bergantung pada rasa lapar. Suhu sensasi adalah sensasi panas dan dingin. Taktil Sensasi mencerminkan efek pada permukaan tubuh, termasuk selaput lendir eksternal dan internal. Mereka, bersama dengan indera muskulo-motorik, membentuk indera peraba, yang dengannya seseorang menentukan karakteristik kualitatif suatu benda - kehalusan, kekasaran, kepadatannya, serta sentuhan suatu benda terhadap tubuh, lokasi dan ukuran area kulit yang teriritasi.

2 . Sensasi interoreseptif. Mencerminkan keadaan organ dalam. Ini termasuk sensasi nyeri, keseimbangan, akselerasi, dll. Menyakitkan sensasi menandakan kerusakan dan iritasi pada organ manusia dan merupakan manifestasi unik dari fungsi pelindung tubuh. Intensitas nyeri bervariasi, mencapai kekuatan yang besar dalam beberapa kasus, bahkan dapat menyebabkan keadaan syok. Perasaan keseimbangan memberikan posisi vertikal tubuh manusia. Mereka muncul sebagai akibat dari aktivitas fungsional alat analisa vestibular. Perasaan percepatan- ini adalah sensasi yang mencerminkan gaya sentrifugal dan sentripetal yang berkembang selama pergerakan manusia.

3. Sensasi proprioseptif (otot-motorik). . Ini adalah sensasi yang mencerminkan pergerakan tubuh kita. Dengan bantuan sensasi otot-motorik, seseorang menerima informasi: tentang posisi tubuh dalam ruang, tentang posisi relatif seluruh bagiannya, tentang pergerakan tubuh dan bagian-bagiannya, tentang kontraksi, peregangan dan relaksasi otot. , dll. Sensasi otot-motorik itu kompleks. Stimulasi simultan pada reseptor dengan kualitas berbeda memberikan sensasi dengan kualitas unik: stimulasi ujung reseptor pada otot menciptakan perasaan tonus otot saat melakukan suatu gerakan; sensasi ketegangan dan usaha otot berhubungan dengan iritasi pada ujung saraf tendon; iritasi pada reseptor permukaan artikular memberikan rasa arah, bentuk dan kecepatan gerakan.

Lokasi: penonton

Lamanya: 2 jam

Tujuan pelajaran:

1. Memperkenalkan konsep dasar proses sensasi dan persepsi.

2. Pelajari jenis dan sifat utama sensasi dan persepsi.

3. Tunjukkan perbedaan sensasi dan persepsi.

4. Menganalisis gambaran klinis sensasi dan persepsi.

Siswa harus mengetahui:

1. Definisi sensasi dan persepsi.
2. Asal mula sensasi.
3. Sifat sensasi
4. Gangguan sensasi.

Siswa harus mampu:

1. Selidiki gangguan pada proses sensasi dan persepsi pada pasien.
2. Tentukan sistem indra manusia yang terdepan dengan menggunakan teknik khusus.

Topik proyek, abstrak:

1. Asal mula sensasi.
2. Jenis dan klasifikasi sensasi.
3. Sifat sensasi
4. Perbedaan antara persepsi dan sensasi.
5. Ilusi persepsi visual. Persepsi ruang, waktu dan gerak.
6. Peran sensasi dalam kehidupan manusia.
7. Mekanisme persepsi bentuk benda dan ukurannya, persepsi waktu.
8. Klasifikasi gangguan persepsi (agnosia, ilusi, halusinasi dan pseudohalusinasi, gangguan psikosensori).

Literatur dasar:

1. Psikologi klinis / Ed. hal.i. Sidorova, A.V. Parnyakova. - GEOTAR-Media, 2008.

2. Psikologi klinis / Ed. B.D. Karvasarsky. Petrus, 2002.

3. Dasar-dasar psikologi. Lokakarya, Stolyarenko L.D. - Rostov/on D., 2006.

4. Psikologi. (Kuliah untuk mahasiswa universitas kedokteran), Tvorogova N.D. - Lembaga Pendidikan Negeri Moskow VUNMC RF, 2002.

Bacaan lebih lanjut:

1. Pengobatan psikosomatis, F. Alexander. - M., 2000.
2. Pengantar Psikologi Kesehatan, Ananyev V. A. - St.Petersburg, 1998.
3. Patopsikologi praktis: Panduan bagi dokter dan psikolog medis.
4. Bleikher V.M., Kruk I.V., Bokov S.N. - Rostov/on D., 1996.
5. Psikologi dalam kedokteran, Abramova G.S., Yudchits Yu.A. - M.: Departemen-M, 1998.
6. Pengantar psikologi medis. Lebedinsky M.S., Myasishchev V.N.-L., 1996.
7. Dasar-dasar psikologi klinis dan konseling. Todd J., Bogard A.K. - St.Petersburg: Sova; M.: Eksmo-Press, 2001.
8. Tes psikologi. Anastasi A. Trans. dari bahasa Inggris - M., 1982.
9. Lokakarya psikologi umum, eksperimental dan terapan: Proc. uang saku. Krylov A.A., Manichev S.A. - St.Petersburg: Peter, 2000.
10. Dasar-dasar psikologi umum. Rubinstein S.L. - St.Petersburg, 1998.
11. Sidorov P.I., Parnyakov A.V. Psikologi klinis: buku teks. - Edisi ke-3, direvisi. dan tambahan - M.: GEOTAR-Media, 2008. - 880 hal.: sakit.
12. Psikologi Klinis: Buku Ajar / Ed. B.D. Karvasarsky. - SPb.: Peter, 2002.
13. Mendelevich V.D. Psikologi klinis dan medis. - M.: MED-tekan, 1998.

Kontrol awal tingkat pengetahuan:

1. Apa yang Anda pahami tentang istilah “sensasi” dan “persepsi”?
2. Apa perbedaan proses sensasi dengan proses persepsi?
3. Menurut Anda apa peran proses psikologis ini dalam kehidupan manusia?
4. Karena faktor apa saja proses mental ini dapat terganggu?

Pertanyaan utama dari topik:

1. Definisi sensasi dan persepsi.
2. Asal mula sensasi.
3. Jenis sensasi dan klasifikasi sensasi.
4. Sifat sensasi
5. Mengukur dan mengubah sensasi.
6. Gangguan sensasi.
7. Perbedaan antara persepsi dan sensasi.
8. Sifat utama gambaran persepsi: objektivitas, keteguhan, integritas, kategorikal.
9. Ilusi persepsi visual. Persepsi ruang, waktu dan gerak.
10. Mekanisme persepsi bentuk benda dan ukurannya, persepsi waktu.
11. Gangguan persepsi di klinik.
12. Klasifikasi gangguan persepsi (agnosia, ilusi, halusinasi dan pseudohalusinasi, gangguan psikosensori).

Kontrol akhir tingkat pengetahuan:

1. Definisikan sensasi dan tunjukkan komponen sistem saraf mana yang berperan dalam ruang informasi sensorik?
2. Sebutkan ciri-ciri utama sensasi?
3. Sebutkan kelompok utama gangguan sensasi. Apa mekanisme utama kemunculannya?
4. Apa ciri-ciri utama yang membedakan persepsi dari sensasi?
5. Bagaimana studi tentang berbagai ilusi menentukan pemahaman tentang mekanisme persepsi?
6. Sebutkan kelompok utama gangguan persepsi. apa mekanisme utama kemunculannya?
7. Bagaimana seseorang memproses informasi visual dan apa mekanisme agnosia visual?
8. Bagaimana rangsangan suara diterjemahkan menjadi sinyal sensorik dan apa mekanisme agnosia pendengaran?
9. Apa yang dimaksud dengan sensitivitas kulit-kinestetik dan bagaimana mekanisme agnosia taktil?
10. Bagaimana pesona, rasa, dan kepekaan statis dipelajari pada manusia?

Perasaan

Sensasi dan persepsi, yang merupakan gambaran indrawi, merupakan momen awal dalam proses kognisi manusia terhadap dunia. Sensasi dan persepsi muncul hanya ketika rangsangan mempengaruhi organ indera secara langsung. Mata rantai utama kognisi adalah sensasi.

Sensasi sangat penting dalam kehidupan manusia, karena, pertama, sensasi menyediakan komunikasi dengan dunia luar dan merupakan sumber pengetahuan yang konstan tentang lingkungan.

Kedua, sensasi dikaitkan dengan lingkungan internal tubuh; berkat interoresepsi, keadaan normal tubuh tetap terjaga. Dan akhirnya, sensasi berhubungan dengan kebutuhan tubuh dan, berkat ini, menjalankan fungsi pengaturan.

Merasa- ini adalah proses mental paling sederhana, yang terdiri dari refleksi sifat-sifat individu, objek dan fenomena dunia luar, serta keadaan internal tubuh di bawah pengaruh langsung rangsangan pada reseptor yang sesuai. Mekanisme fisiologis sensasi adalah mekanisme penganalisis, dan umpan balik sangatlah penting.

Merasa- ini adalah proses mental yang mencerminkan sifat-sifat individu dari objek dan fenomena dengan dampak langsungnya pada indera. Sejak zaman Aristoteles, secara tradisional telah dibedakan lima jenis sensasi yang menginformasikan seseorang tentang perubahan lingkungan. Ini adalah sentuhan, rasa, penciuman, pendengaran dan penglihatan.

Berbagai jenis sensasi dicirikan tidak hanya oleh kekhususannya, tetapi juga oleh sifat-sifat yang umum bagi semuanya. Properti tersebut meliputi kualitas, intensitas, durasi dan lokasi spasial.

Kualitas - ini adalah ciri utama sensasi tertentu, yang membedakannya dari jenis sensasi lain dan memvariasikannya dalam jenis sensasi tertentu (satu modalitas). Sensasi pendengaran, misalnya, berbeda dalam nada, timbre, volume, dan sensasi visual berbeda dalam saturasi dan nada warna.

Intensitas sensasi adalah karakteristik kuantitatifnya dan ditentukan oleh kekuatan stimulus dan keadaan fungsional reseptor.

Durasi sensasi juga ditentukan oleh efek sampingnya, yang terdiri dari kenyataan bahwa sensasi tidak berhenti pada saat stimulus berakhir, tetapi berlanjut selama beberapa waktu, yang dimanifestasikan dalam munculnya gambar yang berurutan. Durasi inersia sensasi bervariasi dari 0,05 hingga 1 detik.

Spasial lokalisasi sensasi memberi seseorang informasi tentang lokalisasi stimulus dalam ruang, dalam kasus reseptor jauh (penglihatan, pendengaran, dll.), atau menghubungkan sensasi dengan bagian tubuh yang dipengaruhi oleh stimulus, dalam kasus reseptor kontak (taktil).

Penelitian menunjukkan bahwa karakteristik ini tidak dapat diubah. Sensitivitas berubah di bawah pengaruh sejumlah faktor.

Properti utama:

1.Pengandaian - ciri utama sensasi jenis ini, yang membedakannya dengan jenis lainnya. Dalam proses evolusi, manusia telah membentuk sebelas jenis sensasi utama yang memberikan refleksi holistik dunia dan adaptasi optimal - yaitu visual, pendengaran, pengecapan, penciuman, sentuhan, suhu, motorik, atau kinestetik, vestibular, atau keseimbangan. , getaran, nyeri, organik, atau interoseptif. Setiap modalitas mencerminkan kualitas yang berbeda, misalnya, dalam visual, kualitas seperti kecerahan, kontras, dll. diwakili, dalam pendengaran - nada, timbre, volume suara. Hubungan antara modalitas dan kualitas jenis sensasi utama disajikan pada Tabel. 1.

Tabel 1

Korelasi antara modalitas dan kualitas sensasi (Bloom, Leiserson, Hofstadter)

2.Intensitas Sensasi tergantung pada kekuatan stimulus saat ini, pada keadaan fungsional penganalisis, serta pada karakteristik individu orang tersebut. Karakteristik utama dari alat analisa ini adalah sensitivitasnya. Itu ditentukan oleh dua besaran. Yang pertama adalah segmen rangkaian rangsangan, yang dampaknya menyebabkan sensasi modalitas tertentu. Agar suatu sensasi dapat timbul, intensitas rangsangan harus mencapai nilai tertentu. Selanjutnya, ketika intensitas stimulus meningkat, tiba saatnya alat analisa berhenti bekerja secara memadai. Setiap dampak yang melebihi batas tertentu menyebabkan rasa sakit dan mengganggu aktivitas alat analisa. Interval dari nilai minimum hingga maksimum yang dirasakan secara memadai menentukan rentang sensitivitas alat analisa.

Ciri-ciri dasar sensasi

Rentang sensitivitas. Suatu stimulus mampu menimbulkan sensasi hanya jika stimulus tersebut mencapai besaran atau kekuatan tertentu.

Jumlah minimum stimulus yang menimbulkan sensasi yang hampir tidak terlihat adalah disebut ambang sensitivitas absolut yang lebih rendah (Saya 0). Sensitivitas absolut alat analisa dinilai dari ambang batas yang lebih rendah. Semakin rendah (Saya 0), semakin tinggi sensitivitas alat analisa terhadap stimulus.

Ambang batas absolut yang lebih rendah menentukan resolusi indera; pada manusia relatif tinggi. Bagi mata, 2-8 kuanta energi pancaran sudah cukup untuk menimbulkan sensasi visual, dan jika ambang pendengaran sedikit diturunkan, maka seseorang dapat mendengar gemerisik molekul selama gerak Brown.

Rangsangan yang kekuatannya lebih kecil disebut bawah sadar, dan sinyal tentangnya tidak dikirim ke korteks serebral.

Transisi dari sensasi di bawah ambang batas terjadi secara tiba-tiba: jika dampaknya hampir mencapai nilai ambang batas, maka peningkatan kekuatannya yang hampir tidak terlihat sudah cukup untuk membuat stimulus segera terasa sepenuhnya. Sensasi di bawah ambang batas tidak acuh pada tubuh. Hal ini dikonfirmasi oleh banyak fakta ketika rangsangan di bawah ambang batas lemah. berasal dari lingkungan eksternal atau internal, menciptakan fokus dominan di korteks serebral dan berkontribusi pada munculnya “penipuan indra” halusinasi.

Ambang sensasi absolut atas (Saya max) adalah nilai maksimum dari stimulus yang mampu dirasakan secara memadai oleh penganalisis. Dampak melebihi (Saya max), tidak lagi terasa atau menimbulkan rasa sakit (Saya max) jauh lebih bervariasi di antara orang-orang yang berbeda dan pada usia yang berbeda. Interval antara (Saya 0) dan (Saya max) - disebut rentang sensitivitas.

Ambang batas waktu diukur dengan durasi pemaparan yang diperlukan agar suatu sensasi dapat timbul. Ambang batas spasial ditentukan oleh ukuran minimum, posisi dalam bidang sensorik dan area yang dipengaruhi oleh stimulus dari stimulus yang hampir tidak terlihat, jaraknya dari reseptor. Contoh paling dasar dari ambang spasial adalah ketajaman visual. Hal ini ditentukan oleh jarak minimum antara dua titik di mana sensasi minimum keterpisahan mereka mungkin terjadi. Biasanya, ketajaman visual normal dianggap memiliki ambang batas 1 busur. menit.

Durasi sensasi ditentukan oleh durasi stimulus dan intensitasnya. Sensasinya tidak terjadi segera, tetapi setelah beberapa waktu, setelah timbulnya rangsangan. Periode dari timbulnya rangsangan sampai timbulnya sensasi disebut periode laten. Periode laten reaksi sensorimotor sederhana ketika diberikan rangsangan dengan modalitas berbeda berbeda-beda dan disajikan pada Tabel. 2.

Tabel 2

Periode laten dari reaksi sensorimotor sederhana (menurut Lomov)

*Catatan: nilai minimum dan maksimum dari nilai rata-rata yang diperoleh oleh penulis berbeda ditunjukkan.

Salah satu fenomena perubahan kepekaan adalah adaptasi.

Adaptasi organ indera adalah perubahan sensitivitas alat analisa di bawah pengaruh stimulus aktif. Adaptasi dapat disertai dengan peningkatan atau penurunan sensitivitas hingga hilangnya sepenuhnya. Adaptasi yang paling signifikan ada pada penganalisa visual. Sensitivitas mata bisa berubah kurang lebih 2-10 kali lipat. Waktu adaptasi kurang lebih 30-40 menit, waktu adaptasi terhadap cahaya sekitar 10 menit. Alat analisa yang berbeda memiliki kemampuan beradaptasi yang berbeda. Adaptasi tercepat terjadi pada alat analisa sentuhan dan penciuman. Yang paling lambat ada di visual. Praktis tidak ada adaptasi manusia terhadap sensasi nyeri, yang memiliki signifikansi biologis penting, karena sensasi nyeri merupakan sinyal adanya masalah dalam tubuh.

Klasifikasi sensasi

Selama abad yang lalu, upaya telah dilakukan berulang kali untuk mengklasifikasikan dan mengatur seluruh keragaman sensasi. Yang paling umum saat ini adalah klasifikasi Sherrington, yang didasarkan pada “prinsip organ reseptor berhubungan dengan bidang reseptor”, yaitu lokasi reseptor dan lokasi sumber iritasi diperhitungkan. Sesuai dengan ini, semua sensasi dibagi menjadi 3 kelompok.

Eksteroseptor - reseptor lingkungan. Aktivitas reseptor ini bertujuan untuk mengenali pengaruh dunia luar, yang sangat penting untuk mencerminkan realitas objektif dalam pikiran manusia. Kelompok ini meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, sentuhan, suhu, dan sensasi nyeri.

proprioseptor, meliputi organ indera yang mencerminkan gerak dan posisi tubuh dalam ruang, otot-artikular, atau kinestetik, getaran, vestibular (sensasi keseimbangan dan percepatan).

Interoreseptor - terletak di organ dalam. Menurut sifat rangsangannya, semua reseptor organ dalam, terlepas dari lokasinya, dibagi menjadi beberapa jenis: kemoreseptor, termoreseptor, reseptor nyeri, dan mekanoreseptor, yang mencerminkan perubahan tekanan pada organ dalam dan aliran darah.

Jadi, tiga jenis sensasi utama digabungkan tergantung pada apa yang dipantulkannya: dunia luar, posisi dan pergerakan tubuh di dunia luar ini, atau aktivitas organ dalam. Tentu saja klasifikasi seperti itu bersifat relatif, karena banyak jenis sensasi diwakili oleh reseptor yang terdapat baik di permukaan tubuh maupun di lingkungan internal tubuh, seperti suhu dan sentuhan. Selain itu, sifat kepekaan hampir semua organ indera sangat dipengaruhi oleh keadaan internal tubuh.

Contoh interaksi antar analisa adalah kadang-kadang, sinestesia.

Sesuatu yang aneh - Pendidikan komprehensif yang menggabungkan semua jenis penerimaan kulit, kinestesi, interoresepsi dan sensasi dan bentuk visual diagram tubuh. Mekanisme pembentukan diagram tubuh belum cukup dipelajari, tetapi diagram tubuhlah yang merupakan “sumber sensorik kepribadian”, seperti yang dikatakan Sechenov. Ketika mempelajari fenomena psikologis seperti diri manusia dan ketika menentukan strukturnya, tingkat utama - inti dari "Aku" - mencakup perasaan akan keberadaan tubuh, yang mencakup kompleks sensasi dan emosi. Dengan demikian, keterkaitan antara ranah indera dan sisi subjektif kehidupan seseorang, dengan pembentukan dan perkembangan kesadaran dirinya, terlihat jelas.

Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat sensitivitas adalah interaksi alat analisa. Semua penganalisis tidak berfungsi secara terpisah; mereka mewakili satu sistem kompleks, yang semua bagiannya saling berhubungan erat. Dampak suatu stimulus pada penganalisis mana pun tidak hanya menyebabkan reaksinya, tetapi juga menyebabkan perubahan tertentu pada semua penganalisis lainnya.

Misalnya, diketahui bahwa sensitivitas warna meningkat ketika seseorang terpapar suara secara bersamaan: sensitivitas terhadap warna merah-oranye menurun, dan terhadap warna hijau-biru meningkat (data Kravkov). Lemahnya efek iritan samping (misalnya menyeka wajah, tangan, belakang kepala dengan air dingin atau mengunyah tablet asam manis secara perlahan) meningkatkan sensitivitas penglihatan malam (Kekcheev). Nyeri ringan meningkatkan sensitivitas hampir semua alat analisa. Jadi, dengan mempengaruhi beberapa penganalisis, Anda dapat dengan sengaja mengubah tingkat sensitivitas penganalisis lainnya. Dalam hal ini, aturan umumnya mungkin sebagai berikut: pengaruh kuat pada penganalisis mana pun mengurangi tingkat sensitivitas penganalisis lain, pengaruh lemah - bahkan rangsangan di bawah ambang batas - meningkatkannya.

Sinestesia - ini adalah kejadian, di bawah pengaruh iritasi salah satu penganalisis, sensasi yang menjadi ciri penganalisis lain. Fenomena ini terutama termanifestasi dan digunakan dalam efek musik berwarna. Seniman terkenal seperti Scriabin dan Ciurlionis memiliki telinga yang “berwarna”. Dalam penelitian modern, efek ini dipelajari sebagai interaksi lintasmodal dan variasinya - transfer lintasmodal.

Aktivitas praktis dan kognitif seseorang berdampak besar pada perubahan sensitivitas. Secara khusus, dalam proses aktivitas profesional, hal ini terjadi sensitisasi , yaitu peningkatan kepekaan indera di bawah pengaruh olahraga. Diketahui bahwa penggiling memiliki peningkatan ketajaman penglihatan yang tajam dan mereka melihat celah hingga 0,0005 mm, sedangkan orang yang tidak terlatih hanya melihat hingga 0,1 mm. Pewarna profesional membedakan hingga 40 warna hitam, dan pembuat baja dapat menentukan suhu leleh berdasarkan corak warna logam panas. Dalam proses dan di bawah pengaruh aktivitas, pertama-tama, perbedaan, perubahan sensitivitas diferensial. Sensitivitas mutlak kurang menerima pelatihan.

Organisasi sensorik manusia - istilah ini pertama kali diusulkan oleh Ananyev pada tahun 1960. Menurut ilmuwan, organisasi sensorik mengacu pada manifestasi paling penting dari sifat historis manusia dan fenomena mendasar aktivitas kehidupan yang terkait dengan lapisan terdalam struktur perkembangan manusia dan kepribadian. Dalam hal ini, gagasan yang tersebar luas saat ini bahwa proses sensorik-persepsi termasuk dalam fungsi mental yang lebih rendah dan, yang merupakan pinggiran subjek, bukan bagian dari struktur dasarnya dan tidak peduli dengan kepribadian, sudah ketinggalan zaman.

Struktur organisasi sensorik mencakup sistem hubungan antar-penganalisis yang konstan, komposisi umum refleksi sensorik. Faktor penentu terbentuknya organisasi sensorik adalah lingkungan, gaya hidup dan cara hidup. Faktor-faktor ini menentukan rasio jenis penerimaan dalam organisasi sensorik tertentu dan menentukan intinya, yaitu kelompok penganalisis khusus untuk habitat tertentu. Pada ikan, misalnya, nukleus tersebut terdiri dari organ gurat sisi dan kemoresepsi. Pada monyet, kinestesi, dasar sentuhan dan penglihatan aktif membentuk sumbu sensorik. Identifikasi organ indera utama yang membentuk sumbu sensorik pada hewan ditentukan oleh spesies. Pada manusia - ciri individu, terutama ciri kepekaan, serta ciri aktivitas. Dalam hal ini, perlu untuk menyoroti properti organisasi sensorik seperti kepekaan - tingkat sensitivitas penganalisis.

Tingkat kepekaan dan sistem analisis terdepan menentukan karakteristik individu seseorang. Struktur organisasi sensorik seseorang merupakan syarat keberhasilan sosialisasi. Pembentukan kualitas seperti sifat mudah dipengaruhi, empati, dan observasi berhubungan secara signifikan dengan organisasi sensorik. Selain itu, organisasi sensorik mendasari pembentukan kemampuan manusia untuk berbagai jenis aktivitas. Mengetahui dan mempertimbangkan sistem analisis terdepan sangat penting ketika berkomunikasi antar manusia dan menyelenggarakan pelatihan, karena ketidaksesuaian antara metode penyajian informasi dan penerimaannya secara signifikan mempersulit interaksi dan pemahaman masyarakat. Diketahui bahwa sebagian besar guru, misalnya, lebih menyukai penyajian informasi secara visual. Pada saat yang sama, anak-anak yang sistem sensorik utamanya adalah pendengaran atau kinestetik mungkin mengalami kesulitan yang signifikan.

Dalam hal ini, alat analisa sentuhan bersifat universal. Sejumlah percobaan telah menunjukkan bahwa sentuhan, sentuhan tangan yang pendek dan ringan, sangat mengurangi ketidaknyamanan, mengurangi atau bahkan menghilangkan penghalang antara terapis dan klien, dan meningkatkan aktivitas dan keterbukaan diri klien. Saat ini, efek ini secara aktif digunakan dalam praktik psikoterapi, misalnya, dalam kerangka apa yang disebut psikoterapi berorientasi tubuh.

Gangguan sensasi

Gangguan sensorik sangat banyak. Namun, dalam kebanyakan kasus, semua gangguan mental sensasi yang diamati dapat diklasifikasikan menjadi salah satu dari tiga kelompok utama: hiperestesia, hipoestesia, dan paresthesia.

Hiperestesia - peningkatan kepekaan terhadap pengaruh biasa atau bahkan lemah. Dalam kasus ini, baik rangsangan eksternal maupun inter dan proprioseptif menyebabkan reaksi yang sangat intens karena penurunan tajam ambang sensasi absolut yang lebih rendah. Misalnya, suara mesin tik memekakkan telinga pasien, lilin yang menyala membutakan, dan kemeja yang menempel di tubuh sangat mengganggu sehingga seolah-olah terbuat dari “kawat berduri”, dll. Hiperestesia mental seperti itu diamati pada neurosis, keracunan dengan zat tertentu (opiat, ganja, siklodol, dll.), tahap awal kesadaran kabur, dan psikosis akut.

Hipestesia - penurunan kepekaan terhadap rangsangan nyata, peningkatan ambang sensasi absolut yang lebih rendah. Dalam hal ini, pasien hampir tidak bereaksi terhadap suntikan, lalat yang merayap di wajahnya, dll. Berkurangnya kepekaan terhadap rangsangan suhu dapat menyebabkan kecelakaan - luka bakar dan radang dingin. Dalam kasus hipoestesi yang ekstrim, alat analisa sama sekali tidak mampu merespons rangsangan, dan fenomena ini disebut anestesi. Anestesi biasanya terjadi dengan gangguan anatomi total pada salah satu batang saraf tepi atau rusaknya bagian tengah alat analisa. Hilangnya sensasi biasanya meluas ke sensitivitas sentuhan, nyeri dan suhu (anestesi total) atau hanya pada jenis tertentu (anestesi parsial). Ahli saraf membedakan antara anestesi radikular, di mana sensitivitas terganggu sepenuhnya pada zona persarafan akar dorsal tertentu sumsum tulang belakang, dan anestesi segmental, di mana gangguan terjadi pada zona persarafan segmen tertentu sumsum tulang belakang. Dalam kasus terakhir, anestesi dapat bersifat total atau terdisosiasi, di mana tidak adanya sensitivitas nyeri dan suhu dikombinasikan dengan pelestarian sensitivitas proprioseptif, atau sebaliknya. Pada beberapa penyakit, seperti kusta (kusta), terjadi kerusakan spesifik pada reseptor kulit yang diikuti dengan melemahnya dan hilangnya suhu, kemudian nyeri, dan kemudian sensitivitas sentuhan (sensitivitas proprioseptif dipertahankan paling lama selama anestesi kusta).

Selama hipoestesi mental dan anestesi, penganalisis yang sesuai dipertahankan secara anatomis dan fisiologis. Secara khusus, hipoestesi dan anestesi dapat ditanamkan pada seseorang dalam tidur hipnosis. Ambliopia mental (kebutaan), anosmia mental (ketidakpekaan terhadap bau), ageusia mental (kehilangan indera perasa), tuli mental, mental taktil dan anestesi nyeri sering ditemukan pada gangguan neurotik histeris. Dalam kerangka anestesi histeris, gangguan sensitivitas nyeri tipe “stoking dan sarung tangan” telah dijelaskan, yaitu. dari sudut pandang ahli saraf, pasien mengembangkan area ketidakpekaan terhadap nyeri dengan batas yang jelas yang tidak sesuai dengan zona persarafan akar atau saraf tertentu.

Parestesia. Jika hipoesthesia dan hiperesthesia dapat dikualifikasikan sebagai gangguan sensitivitas kuantitatif, maka paresthesia dikaitkan dengan perubahan kualitatif (distorsi) informasi yang berasal dari reseptor ke bagian kortikal alat analisa. Mungkin semua orang tahu tentang sensasi yang timbul dari kompresi saraf yang berkepanjangan karena posisi yang tidak nyaman - "Saya mengistirahatkan tangan saya", "Saya menghabiskan waktu saya di atas kaki saya". Ketika konduksi sepanjang saraf terganggu, sensasi “merangkak”, kulit menegang, kesemutan, terbakar muncul (ini adalah fluktuasi aneh dalam modalitas sensasi). Paresthesia seringkali merupakan tanda kerusakan neurologis atau pembuluh darah.

Mereka dekat dengan paresthesia dan senestopathy, tetapi mereka menempati posisi perantara dengan halusinasi visceral, karena bahkan lebih sedikit lagi yang terkait dengan iritasi nyata pada bagian perifer alat analisa. Senestopathies adalah sensasi yang samar-samar, sering berpindah-pindah, sangat tidak menyenangkan dan menyakitkan yang diproyeksikan ke dalam tubuh (di dalam "Aku" tubuh): meremas dan meregang, berguling dan gemetar, "hisap", "menempel", dll. Senestopati tidak pernah memiliki kejelasan yang jelas. lokalisasi, dan pasien terkadang bahkan tidak dapat mendeskripsikannya dengan benar. Senestopati terjadi pada banyak penyakit mental.

Persepsi

Persepsi - proses mental yang mencerminkan suatu objek atau fenomena secara keseluruhan, dalam keseluruhan sifat dan bagiannya, berdasarkan sensasi yang timbul darinya, tetapi sekaligus mempunyai ciri-ciri tertentu yang tidak dapat direduksi menjadi sensasi individu.

Jika sensasi bersifat monomodal, maka persepsi bersifat polimodal. Ini terbentuk atas dasar aktivitas bersama sejumlah penganalisis yang digabungkan menjadi suatu sistem fungsional. Dalam hal ini, salah satu penganalisis memainkan peran utama dalam pembentukan citra.

Sifat persepsi

1. Subjektivitas dan integritas - kemampuan untuk melihat gambaran holistik suatu objek. Persepsi suatu objek hanya mungkin terjadi jika objek tersebut terisolasi dari lingkungan (latar belakang tempatnya berada). Pada saat yang sama, subjek dan latar belakang bersifat dinamis, hal ini terutama terlihat jelas pada gambar ganda, konten gambar yang berubah bergantung pada apa yang diambil sebagai latar belakang (Gbr. 1).

Beras. 1. Persepsi terhadap suatu objek tergantung pada latar belakangnya

Latar belakang biasanya tidak terbatas dan tidak terdefinisi. Angkanya terbatas, lega, ada objektivitasnya. Kontras antara objek dan latar belakang serta keanehan objek membantu membedakan suatu objek dari latar belakang. Misalnya, pada rontgen paru-paru, bayangan bulat terlihat jauh lebih baik dengan latar belakang pola paru normal dibandingkan dengan latar belakang proses diseminata. Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian oleh Zinchenko, Yarbus, dan lainnya, dalam proses mengisolasi suatu objek dari latar belakang, gerakan mikro mata dibuat, seolah-olah “menguraikannya” di sepanjang kontur, yang juga membantu mengisolasi objek dari latar belakang.

2. Keteguhan- memastikan konsistensi dalam bentuk, warna, ukuran dan parameter lain dari objek yang kita lihat. Persepsi mempertahankan ukuran objek tertentu, terlepas dari jarak dan sudut pandang kita.

3. Selektivitas- jelas menonjol dalam fenomena mengisolasi sosok dari latar belakang. Apa yang ada di latar depan dan dipersepsikan konkrit adalah suatu figur, yang lainnya adalah latar belakang. Realitas yang dipersepsikan selalu terbagi menjadi dua lapisan: figur - gambaran holistik suatu objek dan latar belakang - gambaran ruang di sekitar objek. Apa yang tadinya merupakan figur dapat menyatu dengan latar belakang, sesuatu dari latar belakang dapat menjadi figur persepsi.

4. Bermakna- menunjukkan hubungan antara persepsi dan pemikiran, dengan pemahaman tentang esensi objek. Gambaran objek yang dipersepsi selalu mempunyai makna semantik tertentu, dan ini tidak hanya menunjukkan hubungan yang erat dengan pemikiran, tetapi juga aktivitas persepsi.

5. Apersepsi persepsi- menunjukkan hubungan antara persepsi dan kepribadian, semua pengalaman masa lalu seseorang dengan "aku" -nya.

Pengaruh sikap terhadap persepsi seseorang juga diwujudkan dalam fenomena yang ditunjukkan dalam sejumlah besar eksperimen, ketika orang yang sama dianggap jahat dan kejam jika subjeknya diberitahu sebelumnya bahwa orang yang digambarkan dalam foto itu adalah penjahat. ; sebagai orang yang baik hati dan pemberani, jika diketahui terlebih dahulu bahwa ia adalah orang yang berprofesi manusiawi dan telah melakukan tindakan berani untuk menyelamatkan nyawa orang.

Keadaan emosi seseorang mempunyai pengaruh yang besar terhadap persepsi. Diketahui, misalnya, dalam keadaan gembira, waktu terasa semakin cepat, sedangkan dalam keadaan melankolis dan depresi waktu terasa melambat. Penderita depresi selalu pesimis dan mengantisipasi bencana; mereka cenderung melihat peristiwa yang menggembirakan dalam warna hitam.

Dengan demikian, persepsi merupakan suatu proses aktif yang sifatnya tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas sistem persepsi, tetapi juga oleh karakteristik internal subjek.

Bentuk persepsi yang kompleks meliputi persepsi ruang, persepsi waktu, persepsi gerak.

Dalam persepsi waktu, dibedakan antara persepsi durasi temporal dan persepsi urutan temporal. Pengalaman langsung terhadap waktu disebabkan oleh sensasi organik dan berhubungan dengan proses ritme dalam tubuh: detak jantung, pernapasan, dll. Penilaian lamanya jangka waktu tergantung pada isi kegiatan: jangka waktu yang diisi dengan kegiatan yang menarik dan bermakna dinilai secara subjektif sebagai jangka pendek, yaitu diremehkan; yang kosong, tidak diisi dengan kegiatan menarik, dinilai lebih panjang, yakni dilebih-lebihkan. (Semua orang tahu betapa membosankannya pelajaran di sekolah yang berlangsung tanpa henti.) Persepsi waktu juga bergantung pada sikap: ketika mengharapkan kejadian yang tidak menyenangkan, waktu berlalu dengan cepat; tapi betapa membosankannya waktu berlalu jika kita menunggu suatu peristiwa yang menyenangkan (bertemu dengan orang yang kita cintai, misalnya). Dalam ingatan justru sebaliknya: semakin terisi periode waktu, semakin lama pula muncul dalam memori.

Karakteristik waktu yang paling penting adalah sifatnya yang tidak dapat diubah. Persepsi tentang rangkaian peristiwa yang tidak dapat diubah dalam waktu melibatkan pembentukan hubungan antara berbagai segmen dan peristiwa kehidupan

Berdasarkan sensasi dan persepsi, bentuk refleksi sensorik yang lebih kompleks muncul - pertunjukan.

Pertunjukan- gambaran sensorik sekunder dari suatu objek yang saat ini tidak mempengaruhi indera, tetapi bertindak di masa lalu (Lomov). Representasi memperoleh peran khusus dengan berkembangnya sistem kendali jarak jauh, ketika operator harus membayangkan dengan tingkat akurasi yang tinggi proses yang terjadi dalam sistem yang dikendalikan.

Representasi dapat dianggap sebagai hubungan transisi antara gambaran sensorik (sensasi, persepsi) dan pemikiran abstrak. Tergantung pada tingkat kewaspadaan dan karakteristik aktivitas, ide-ide, di satu sisi, termasuk dalam memori, imajinasi, pemikiran (bentuk kiasannya), di sisi lain, menciptakan gambaran mimpi. Ide menemani seseorang sepanjang hidupnya: gambaran orang yang kita kenal muncul di benak kita bahkan ketika orang tersebut sudah tidak ada lagi; gambaran tempat asal kita terlihat jelas di hadapan pandangan mental kita. Yang umum pada semua gagasan adalah bahwa objek atau fenomena tersebut sudah tidak ada lagi, namun refleksinya terus berkembang. Aliran gagasan terjadi di “ruang internal, dan tidak pernah dibawa ke luar. Hal ini membedakan gagasan tersebut dengan halusinasi, “ketika gambaran internal “dimunculkan”.

Gangguan persepsi

Dalam beberapa kondisi patologis, terutama penyakit mental dan saraf, proses persepsi mungkin terganggu. Namun, ada juga penyimpangan persepsi yang dapat diamati pada orang yang benar-benar sehat (misalnya ilusi). Gangguan persepsi dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama: ilusi, halusinasi, dan gangguan sintesis sensorik (gangguan psikosensori).

Ilusi. Ilusi adalah persepsi yang terdistorsi terhadap suatu objek atau fenomena yang benar-benar ada. Ilusi diklasifikasikan menurut indera - visual, pendengaran, sentuhan dan lain-lain. Tergantung pada alasan utama yang mendasari distorsi persepsi, semua ilusi juga dapat dibagi menjadi fisik, fisiologis, dan mental.

Ilusi fisik dijelaskan oleh hukum fisika objektif dan tidak bergantung pada orang itu sendiri. Contoh ilusi fisik yang juga tertangkap kamera adalah persepsi sendok di dalam segelas air. Sendok tampak pecah karena perbedaan sifat pembiasan cahaya antara air dan udara.

Ilusi fisiologis mendapat penjelasannya dalam kekhasan struktur dan aktivitas organ indera kita. Misalnya kita coba menekan bagian samping bola mata, maka seketika itu juga benda yang kita lihat akan terbelah menjadi dua. Terbelahnya suatu benda terjadi karena bertambahnya disparitas bayangannya pada retina mata. Contoh lain dari ilusi jenis ini yang kita temukan dalam Aristoteles: silangkan dua jari dan mulailah menggelindingkan bola kecil di antara keduanya, dan bola itu akan tampak ganda. Ketika suatu benda pertama kali bersentuhan dengan jari telunjuk dan kemudian dengan jari tengah, kedua kontak tersebut terjadi pada titik berbeda dalam ruang yang kita kenal. Menyentuh jari telunjuk tampak lebih tinggi, meski jari sebenarnya lebih rendah; menyentuh bagian tengahnya lebih rendah, padahal jari sebenarnya lebih tinggi. Ada banyak ilusi semacam ini pada bagian alat vestibular - ilusi berguling, rotasi balik, dan lain-lain.

Ilusi mental dikaitkan dengan berbagai kondisi mental seseorang dan dengan beberapa karakteristik psikologis persepsi kita.

Pada penyakit, ilusi mental paling sering diamati dalam keadaan kesadaran yang terganggu, selama kegembiraan (peninggian, ekstasi) pada pasien manik atau keadaan ketakutan dan kecemasan pada depresi. Ilusi mereka hampir mustahil untuk diperbaiki, dan pasien cenderung menganggap kesalahan persepsi ini sebagai kenyataan. Ilusi verbal, ketika pasien mendengar pelecehan, ancaman dan hinaan yang ditujukan kepadanya alih-alih ucapan netral, sering kali terjadi pada tahap awal perkembangan halusinasi pendengaran-verbal (ucapan) pada beberapa psikosis. Mereka berbeda dari apa yang disebut halusinasi pendengaran fungsional karena selama ilusi, gambar yang muncul secara patologis menyerap gambar objek nyata (pasien “mendengar alih-alih…”); selama halusinasi, gambar patologis tidak menyatu dengan yang nyata satu (“mendengar bersama-sama dengan...”).

Pada orang sehat, dengan latar belakang berbagai kondisi mental (harapan, kecemasan atau ketakutan), ilusi mental juga sering muncul. Misalnya, ketika memasuki sebuah ruangan, seorang anak akan takut dengan sosok yang ada di jendela, namun kemudian akan tertawa karena melihat dirinya ketakutan dengan jas dan topi yang tergantung di gantungan. Dan jika di setiap pohon yang berdiri di pinggir jalan kita melihat orang yang kita tunggu, maka kita juga berbicara tentang ilusi mental.

Agar proses interpretasi informasi indrawi mencapai tingkat kesadaran diperlukan teknik-teknik khusus yang beberapa diantaranya telah dibahas sebelumnya (penyederhanaan gambar, prinsip pengelompokan, kontras, dan lain-lain). Ilusi seringkali disebabkan oleh ambiguitas persepsi, yang muncul karena kurangnya informasi penting atau kelebihan informasi yang tidak penting dalam gambar. Ambiguitas persepsi juga muncul ketika beberapa gambar penting dapat diekstraksi dari gambar yang sama. Misalnya, dalam lukisan terkenal karya seniman Salvador Dali “Pasar Budak dengan Patung Voltaire yang Hilang” terdapat cara alternatif untuk menafsirkan pemandangan yang digambarkan. Di tengah-tengah gambar ada dua biarawati kecil yang berdiri bersebelahan. Namun dengan susunan persepsi gambar yang berbeda, wajah para biarawati berubah menjadi mata Voltaire, dan sosok menyentuh mereka berubah menjadi hidung dan dagu. Sampai batas tertentu, kedua cara pengorganisasian informasi visual ini tidak sejalan: sulit untuk melihat kedua gambar secara bersamaan.

Dalam percobaan, ilusi digunakan untuk mempelajari berbagai aspek pengorganisasian sifat-sifat sistem penganalisis. Ilusi visual sering digunakan untuk memberikan informasi sensorik yang ambigu ke masukan sistem visual untuk mengidentifikasi kesalahan yang dibuat sistem dan dengan demikian mengungkapkan beberapa sifat tersembunyinya. Banyak fakta dan kondisi kesalahan persepsi dijelaskan - ilusi "panah", rel kereta api, perkiraan garis vertikal yang berlebihan, persimpangan, lingkaran konsentris, "angka yang mustahil" dan lain-lain.

Ilusi visual juga ditemukan pada hewan. Secara khusus, atas dasar merekalah berbagai metode kamuflase dan mimikri terbentuk. Semua fenomena ini meyakinkan kita bahwa ada beberapa faktor umum yang menyebabkan ilusi, dan banyak di antaranya masih belum ada interpretasi yang meyakinkan.

Halusinasi. Halusinasi adalah gangguan persepsi ketika seseorang karena gangguan jiwa melihat, mendengar, merasakan sesuatu yang tidak ada dalam kenyataan. Ini adalah persepsi yang dikatakan tidak didasarkan pada objek eksternal, sebaliknya ini adalah “persepsi khayalan dan salah.”

Kita dapat mengamati halusinasi pada penyakit mental, serta pada orang sehat ketika bereksperimen dengan isolasi sensorik atau ketika menggunakan obat-obatan tertentu (halusinogen); halusinasi juga dapat membuat seseorang tertidur lelap.

Halusinasi biasanya diklasifikasikan menurut indera: visual, pendengaran, penciuman, dan lain-lain. Dalam diagnosis psikiatri, pembagian halusinasi menjadi benar dan salah (halusinasi semu) sangat penting.

Halusinasi sejati dicirikan oleh kejernihan sensorik, halusinasi ini terungkap dalam ruang nyata dari penganalisis tertentu dan “pasien tidak hanya berpikir bahwa mereka melihat dan mendengar, tetapi benar-benar melihat dan mendengar” (E. Kraepelin, 1909). Perilaku pasien biasanya sesuai dengan isi pengalaman halusinasi, dan mereka yakin bahwa orang-orang di sekitar mereka melihat dan mendengar hal yang sama seperti mereka.

Halusinasi semu berbeda dari halusinasi sebenarnya karena halusinasi tersebut tidak memiliki kejernihan gambar sensorik-tubuh yang lengkap, dan ini membawa mereka lebih dekat ke ide. Pasien berbicara tentang apa yang mereka lihat dan dengar, menambahkan “seolah-olah”, meskipun mereka bersikeras pada realitas halusinasi mereka. Gambaran pseudohalusinasi terungkap dalam ruang imajiner, atau lebih tepatnya, intrapsikis (subyektif) dari penganalisis tertentu, sehingga pasien dapat melaporkan kemampuan untuk "melihat" di luar cakrawala atau melalui penghalang buram, dan juga melaporkan suara dan suara manusia yang muncul. di dalam kepala.” Karena halusinasi palsu dianggap sebagai sesuatu yang subjektif dan sangat berbeda dari gambaran nyata, perilaku pasien hampir selalu dipisahkan dengan isi halusinasi. Halusinasi semu menunjukkan perjalanan penyakit mental yang lebih buruk; sering kali menjadi berkepanjangan dan kronis, dan disertai dengan gangguan berpikir.

Kadang-kadang, dari kelompok halusinasi semu, halusinasi ekstrakampal dibedakan secara terpisah, yang diproyeksikan di luar jangkauan penganalisis yang sesuai. Pada saat yang sama, pasien “melihat” di belakang mereka, di balik dinding, dan “mendengar” ratusan kilometer jauhnya.

Pada orang sehat, dengan latar belakang kelelahan atau kelelahan, kadang-kadang ketika tertidur, halusinasi visual atau pendengaran muncul sebentar, mirip dengan halusinasi semu, yang disebut hipnagogik karena kedekatannya dengan mimpi (hipnopompik - hal yang sama, tetapi dicatat pada saat ini kebangkitan).

Halusinasi visual dan pendengaran sering dibagi menjadi sederhana (fotopsia - persepsi kilatan cahaya, bintang, percikan api; acoasma - persepsi suara, kebisingan, derak, siulan, tangisan) dan kompleks (verbal - persepsi ucapan artikulasi).

Dengan halusinasi refleks, gambaran nyata yang dirasakan segera disertai dengan munculnya gambaran halusinasi yang mirip dengannya (pasien mendengar sebuah frasa - dan segera frasa yang mirip dengannya mulai terdengar di kepalanya).

Halusinasi aperseptif (pendengaran atau visual) muncul setelah upaya kemauan yang sesuai dari pihak pasien yang ingin mengalaminya.

Halusinasi Charles Bonnet (visual, lebih jarang pendengaran) diamati ketika bagian perifer alat analisa rusak (pada orang buta, tuli), serta selama kekurangan atau isolasi sensorik (di penjara, di lingkungan bahasa asing) di lapangan alat analisa yang rusak atau terbatas informasinya. Mereka harus dibedakan dari halusinasi hemianaptik di bidang hemianopsia ketika ujung kortikal alat analisa rusak (tumor, trauma, lesi vaskular).

Halusinasi yang timbul akibat trauma mental disebut psikogenik. Mereka dibagi menjadi beberapa varietas berikut:

Dominan (pendengaran dan visual) dengan konten yang dapat dipahami secara psikologis, mencerminkan trauma mental, dan kaya secara emosional;

Eidetic (biasanya auditori), yang cenderung berulang dengan cara yang klise (misalnya, pemutaran musik pemakaman yang halusinasi dan isak tangis di pemakaman);

Halusinasi imajinasi Dupre, yang plotnya bermula dari mimpi dan fantasi histeris;

Halusinasi yang diinduksi terjadi sesuai dengan jenis sugesti timbal balik dan sugesti diri dengan latar belakang stres emosional;

Halusinasi yang disarankan sering ditemukan pada delirium alkoholik selama “jendela jernih” (pembersihan kesadaran di siang hari): gejala Reichardt (disarankan membaca di selembar kertas kosong), gejala Aschaffenburg (disarankan percakapan imajiner di telepon yang dimatikan), gejala Lipman (disarankan percakapan imajiner di telepon yang dimatikan), gejala Lipman ( menyarankan halusinasi visual setelah sepuluh detik menekan bola mata), dll.

Gangguan sintesis sensorik. Persepsi adalah suatu proses kompleks integrasi, sintesis gambaran suatu objek yang dirasakan dari sinyal-sinyal sensorik yang diterima melalui indera dari lingkungan luar dan tubuh sendiri. Pada beberapa kondisi dan penyakit, kita menemui berbagai gangguan dalam proses sintesis dan integrasi informasi sensorik selama persepsi. Biasanya, gangguan psikosensorik mencakup dua kelompok gangguan: gangguan derealisasi dan gangguan “skema tubuh”.

Derealisasi - pelanggaran sintesis sensorik informasi yang berasal dari dunia luar. Dari asosiasi sinyal-sinyal sensorik yang berperan dalam pembentukan gambaran realitas eksternal, sesuatu bisa “jatuh”, berubah, dan pada akhirnya dunia di sekitar kita kehilangan realitas sensoriknya - terdistorsi.

Seseorang mungkin kehilangan persepsi tentang kedalaman ruang, dan kemudian segala sesuatu di sekitarnya terlihat dalam gambar datar dua dimensi. Distorsi persepsi juga dapat menyangkut ciri-ciri tertentu suatu benda – bentuk (metamorfopsia), ukuran (bertambah – makropsia, berkurang – mikropsia) atau lain-lain. Dengan porropsia, penilaian jarak menjadi terganggu - orang tersebut merasa bahwa benda-benda tersebut lebih jauh dari yang sebenarnya; pada dismegalopsia, gangguan persepsi berupa pemanjangan, pelebaran, kemiringan atau puntiran pada sumbu benda di sekitarnya.

Dekat dengan derealisasi adalah gangguan ketika lingkungan biasa dan familiar dianggap benar-benar baru (fenomena “belum pernah dilihat” - jamais vu), atau, sebaliknya, lingkungan baru (medan, jalan, rumah) dianggap terkenal dan familiar (fenomena “sudah terlihat” - deja vu). Pasien sangat prihatin dengan distorsi waktu - perlambatannya (bradychrony) atau percepatan (tachychrony), serta hilangnya komponen emosional persepsi terhadap lingkungan - "semuanya telah membeku, berkaca-kaca", dan "dunia telah menjadi seperti satu set.” Pasien hampir selalu mempertahankan sikap kritis terhadap gangguan ini; mereka asing bagi individu dan secara subyektif sangat tidak menyenangkan.

Gangguan “skema tubuh” ditandai dengan berbagai gejala gangguan persepsi terhadap tubuh sendiri, sensasi khas bertambahnya atau berkurangnya berat badan, ukuran seluruh tubuh atau bagiannya (lengan, kaki, kepala). Gangguan diagram tubuh juga mencakup gangguan persepsi hubungan antar bagian tubuh: pasien berbicara tentang posisi telinga yang salah, “memutar” tubuh. Pasien merasakan perubahan ini hanya dengan mata tertutup, karena di bawah kendali penglihatan semua kesalahpahaman tentang tubuhnya hilang.

Bagian praktis

Metodologi: Pengertian sistem indera manusia yang terkemuka.

Untuk kerja praktek dengan orang-orang, sangat penting untuk menentukan sistem sensorik utama seseorang, karena ini menunjukkan saluran persepsi informasi yang disukai (visual, auditori, kinestetik), yang sangat penting dalam menentukan metode dan sarana penyajian individu. informasi dalam proses komunikasi (termasuk terapeutik), pelatihan, kegiatan bersama, interaksi keluarga, dll.

Untuk menentukan sistem sensorik utama, diusulkan teknik “Leading Sense Organ” (LSO), yang diusulkan oleh psikolog Polandia, diterjemahkan oleh Efremtseva. Tekniknya diberikan menurut buku: Kuleshova L.N. Psikologi sensasi kuno. - Sankt Peterburg, 1999.

Peralatan. Peserta tes ditawari formulir standar dengan pertanyaan.

Instruksi untuk mata pelajaran. Bacalah pertanyaan dengan cermat dan dalam kuesioner lingkari nomor pertanyaan yang Anda setujui.

Pemrosesan dan interpretasi data. Hitung hasilnya, berikan 1 poin untuk mencocokkan kunci di setiap bagian.

Kunci untuk memproses hasil.

Bagian di mana subjek memperoleh poin terbanyak menentukan sistem sensorik terdepan.

Tugas tes

1. Dampak langsung suatu objek atau fenomena pada reseptor merupakan ciri wajib dari proses kognitif seperti:

1. merasa
2. persepsi
3. pemikiran
4. imajinasi
5. Perhatian

2. Hasil integral dari dampak langsung rangsangan apa pun pada seseorang (warna, suara, bahan kimia, dll.) disebut:

1. persepsi;
2. persepsi;
3. merasa

3. Refleksi sifat-sifat individu benda dan fenomena dunia sekitar adalah:

1. persepsi;
2. emosi;
3. sensasi;
4. Perhatian.

4. Sifat-sifat utama sensasi adalah sebagai berikut, kecuali:

1. modalitas;
2. keteguhan;
3. intensitas;
4. lamanya.

5. Perbedaan minimal rangsangan yang menimbulkan perbedaan sensasi adalah:

1. ambang sensasi yang lebih rendah;
2. ambang batas diferensial;
3. ambang batas atas mutlak;
4. ambang batas spasial.

6. Perubahan kepekaan alat indera akibat pengaruh rangsangan aktif adalah:

1. sensitisasi;
2. adaptasi;
3. sinestesia;
4. apersepsi.

7. Sifat-sifat persepsi antara lain sebagai berikut, kecuali:

1. integritas;
2. struktur;
3. kenangan;
4. apersepsi.

8. Persepsi yang salah dan menyimpang terhadap suatu objek atau fenomena yang mempengaruhi indera adalah:

1. halusinasi;
2. ilusi;
3. kenangan;
4. adaptasi

9. Ketika seseorang memakai lensa kontak keras, hal itu sangat mengganggunya, tetapi lama kelamaan dia tidak lagi memperhatikannya. Apa yang menyebabkan hal ini?

1. adaptasi;
2. sensitisasi;
3. kenangan;
4. ilusi.

10. Besaran minimum stimulus yang menimbulkan sensasi hampir tidak terasa disebut:

1. ambang batas atas sensasi yang absolut
2. ambang sensasi yang benar-benar lebih rendah (ambang sensitivitas)
3. ambang rasa sakit
4. ambang batas sensasi yang berbeda
5. ambang operasional sensasi

11. Sensasi yang berhubungan dengan sinyal yang timbul akibat iritasi reseptor yang terletak pada otot, tendon, dan sendi disebut:

1. eksteroseptif
2. interoseptif
3. proprioseptif
4. endoseptif

12. Gangguan berbagai jenis sensasi disebut :

1. agnosia
2. halusinasi
3. gangguan sensorik
4. ilusi

13. Sensasi yang mempunyai reseptor yang terletak di organ dalam dan mencerminkan keadaan lingkungan internal tubuh disebut:

1. interoseptif
2. proprioseptif
3. kontak
4. jauh

14. Sensasi yang mencerminkan sifat-sifat benda dan fenomena lingkungan luar serta mempunyai reseptor pada permukaan tubuh disebut:

1. interoseptif
2. kontak
3. jauh
4. proprioseptif

15. Kembalikan urutannya. Pembentukan sensasi:

1. rangsangan
2. organ indera
3. jalur saraf
4. pusat otak yang sesuai
5. merasa

16. Sensasi yang reseptornya terletak pada ligamen, sendi, dan memberikan informasi tentang gerak dan posisi tubuh dalam ruang disebut:

1. eksteroseptif
2. interoseptif
3. proprioseptif
4. kontak

17. Berkurangnya kepekaan terhadap rangsangan nyata dan peningkatan ambang batas absolut bawah adalah:

1. hiperestesi
2. hipoestesi
3. anestesi
4. parestesia

18. Peningkatan ambang sensasi absolut yang lebih rendah menyebabkan:

1. peningkatan sensitivitas
2. hilangnya sensitivitas sepenuhnya
3. sensitivitas menurun
4. perubahan kualitatif dalam sensitivitas

19. Fenomena dimana alat analisa sama sekali tidak mampu merespon rangsangan disebut:

1. hiperestesi
2. hipoestesi
3. anestesi
4. parestesia

20. Perubahan kualitatif (distorsi) informasi yang datang dari reseptor ke korteks serebral adalah:

1. hiperestesi
2. hipoestesi
3. halusinasi
4. parestesia

21. Proses mental yang merefleksikan suatu objek atau fenomena secara keseluruhan, keseluruhan sifat-sifat dan bagian-bagiannya disebut:

1. emosi
2. merasa
3. persepsi
4. pemikiran

22. Proses mental yang merefleksikan sifat-sifat individu suatu objek dan fenomena dengan dampak langsungnya terhadap indera adalah:

1. merasa
2. persepsi
3. pemikiran
4. instalasi

23. Fenomena mengidentifikasi “sosok dari latar belakang” mencirikan sifat perhatian yang apa?

1. integritas
2. selektivitas
3. keteguhan
4. kebermaknaan

24. Situasi: pasien melihat gambar kacamata dan berpikir: “Apa ini? …sebuah lingkaran dan lingkaran lainnya…dan sebuah palang, itu mungkin sebuah sepeda.” Apa yang terganggu pada persepsi pasien ini?

1. integritas persepsi
2. selektivitas persepsi
3. keteguhan persepsi
4. apersepsi

25. Sifat persepsi, yang menjamin keteguhan relatif dalam bentuk, warna, ukuran dan parameter lain dari objek yang kita lihat, adalah:

1. apersepsi
2. keteguhan
3. objektivitas
4. kebermaknaan

26. Hubungan antara persepsi dan seseorang, pengalaman masa lalunya disebut

1. keteguhan
2. kepekaan
3. apersepsi
4. kebermaknaan

27. Persepsi yang menyimpang terhadap suatu objek atau fenomena yang benar-benar ada disebut

1. halusinasi
2. derealisasi
3. ilusi

28. Gangguan persepsi, ketika seseorang melihat, mendengar, merasakan sesuatu yang tidak ada dalam kenyataan:

1. halusinasi
2. derealisasi
3. ilusi

29. Pelanggaran sintesis sensorik terhadap informasi yang berasal dari dunia luar dan menimbulkan distorsi persepsi disebut:

1. halusinasi
2. derealisasi
3. ilusi

30. Saluran persepsi informasi yang disukai (visual, auditori, kinestetik), yang sangat penting dalam menentukan metode individu dan sarana penyajian informasi dalam proses komunikasi, pembelajaran, kegiatan bersama, dll, disebut:

1. persepsi persepsi
2. rentang sensitivitas
3. bentuk pengetahuan yang rasional
4. sistem sensor terkemuka

Mereka berhubungan erat satu sama lain. Baik yang satu maupun yang lainnya adalah apa yang disebut refleksi sensorik dari realitas objektif, yang ada secara independen dari kesadaran dan karena pengaruhnya terhadap indera: inilah kesatuannya. Tetapi persepsi- kesadaran akan objek atau fenomena tertentu yang bersifat sensorik; dalam persepsi, dunia manusia, benda, dan fenomena biasanya terbentang di hadapan kita, penuh dengan makna tertentu bagi kita dan terlibat dalam hubungan yang beragam. Hubungan-hubungan ini menciptakan situasi-situasi yang bermakna, dimana kita menjadi saksi dan partisipannya. Merasa sama - cerminan dari kualitas sensorik yang terpisah atau kesan lingkungan yang tidak dapat dibedakan dan tidak diobjektifikasi. Dalam hal terakhir ini, sensasi dan persepsi dibedakan sebagai dua bentuk yang berbeda atau dua hubungan kesadaran yang berbeda dengan realitas objektif. Sensasi dan persepsi dengan demikian adalah satu dan berbeda. Mereka membentuk: tingkat refleksi mental sensorik-perseptual. Pada tingkat sensorik-persepsi kita berbicara tentang gambaran-gambaran yang muncul dari dampak langsung objek dan fenomena pada indera.

Konsep sensasi

Sumber utama pengetahuan kita tentang dunia luar dan tubuh kita sendiri adalah sensasi. Mereka merupakan saluran utama di mana informasi tentang fenomena dunia luar dan keadaan tubuh mencapai otak, memberikan seseorang kesempatan untuk bernavigasi di lingkungan dan tubuhnya. Jika saluran-saluran ini tertutup dan indera tidak memberikan informasi yang diperlukan, kehidupan sadar tidak akan mungkin terjadi. Ada fakta yang diketahui yang menunjukkan bahwa seseorang yang kehilangan sumber informasi terus-menerus akan jatuh ke dalam keadaan mengantuk. Kasus seperti ini: terjadi ketika seseorang tiba-tiba kehilangan penglihatan, pendengaran, penciuman, dan ketika sensasi sadarnya dibatasi oleh suatu proses patologis. Hasil yang mendekati hal ini dicapai ketika seseorang ditempatkan selama beberapa waktu di ruangan yang terang dan kedap suara, mengisolasinya dari pengaruh luar. Keadaan ini pertama-tama menyebabkan tidur dan kemudian menjadi sulit untuk ditanggung oleh subjek.

Berbagai pengamatan menunjukkan bahwa terganggunya arus informasi pada anak usia dini, terkait dengan ketulian dan kebutaan, menyebabkan keterlambatan tajam dalam perkembangan mental. Jika anak-anak yang lahir buta-tuli atau kehilangan pendengaran dan penglihatan pada usia dini tidak diajarkan teknik-teknik khusus untuk mengkompensasi cacat-cacat ini melalui indra peraba, maka perkembangan mental mereka menjadi tidak mungkin dan mereka tidak akan berkembang secara mandiri.

Seperti yang akan dijelaskan di bawah, spesialisasi tinggi dari berbagai organ indera tidak hanya didasarkan pada ciri struktural bagian perifer penganalisis - "reseptor", tetapi juga pada spesialisasi tertinggi dari neuron yang membentuk saraf pusat. peralatan, yang menerima sinyal yang dirasakan oleh organ indera perifer.

Sifat refleks dari sensasi

Jadi, sensasi adalah sumber awal dari semua pengetahuan kita tentang dunia. Objek dan fenomena realitas yang mempengaruhi indra kita disebut rangsangan, dan dampak rangsangan terhadap indera disebut gangguan. Iritasi, pada gilirannya, menyebabkan eksitasi pada jaringan saraf. Sensasi muncul sebagai reaksi sistem saraf terhadap stimulus tertentu dan, seperti fenomena mental lainnya, bersifat refleks.

Mekanisme fisiologis sensasi adalah aktivitas alat saraf khusus yang disebut.

1. bagian perifer yang disebut reseptor (reseptor adalah bagian penganalisa yang merasakan, fungsi utamanya adalah transformasi energi eksternal menjadi proses saraf);
2. saraf aferen atau sensorik (sentripetal), melakukan eksitasi ke pusat saraf (bagian tengah alat analisa);
3. bagian kortikal penganalisis, di mana impuls saraf yang berasal dari bagian perifer diproses.

Bagian kortikal dari setiap penganalisis mencakup area yang mewakili proyeksi perifer di korteks serebral, karena sel-sel perifer tertentu (reseptor) berhubungan dengan area tertentu dari sel kortikal. Agar sensasi muncul, seluruh alat analisa secara keseluruhan harus bekerja. Alat analisa bukanlah penerima energi yang pasif. Ini adalah organ yang secara refleks mengatur ulang dirinya sendiri di bawah pengaruh rangsangan.

Studi fisiologis menunjukkan bahwa sensasi sama sekali bukan proses pasif; ia selalu mencakup komponen motorik. Dengan demikian, pengamatan menggunakan mikroskop pada suatu area kulit yang dilakukan oleh psikolog Amerika D. Neff memungkinkan untuk memverifikasi bahwa ketika teriritasi oleh jarum, saat terjadinya sensasi disertai dengan reaksi motorik refleksif pada area tersebut. dari kulit. Selanjutnya, banyak penelitian menetapkan bahwa setiap sensasi mencakup gerakan, terkadang dalam bentuk reaksi vegetatif (vasokonstriksi, refleks kulit galvanik), terkadang dalam bentuk reaksi otot (memutar mata, ketegangan pada otot leher, reaksi motorik otot). tangan, dll.). Jadi, sensasi sama sekali bukan proses pasif - melainkan proses aktif. Teori refleks sensasi terdiri dari indikasi sifat aktif dari semua proses ini.

Klasifikasi sensasi

Sudah lama menjadi kebiasaan untuk membedakan lima jenis utama (modalitas) sensasi: bau, rasa, sentuhan, penglihatan dan pendengaran. Klasifikasi sensasi menurut modalitas utama ini benar, meskipun tidak lengkap. SEBUAH. Luria percaya bahwa klasifikasi sensasi dapat dilakukan setidaknya berdasarkan dua prinsip dasar - sistematis Dan genetik(dengan kata lain, menurut prinsip modalitas, di satu sisi, dan menurut prinsip kompleksitas atau tingkat konstruksinya, di sisi lain).

Klasifikasi sensasi yang sistematis

Dengan mengidentifikasi kelompok sensasi terbesar dan paling signifikan, sensasi tersebut dapat dibagi menjadi tiga jenis utama; sensasi interoseptif, proprioseptif, dan eksteroseptif. Yang pertama menggabungkan sinyal-sinyal yang sampai kepada kita dari lingkungan internal tubuh; yang terakhir memberikan informasi tentang posisi tubuh dalam ruang dan posisi sistem muskuloskeletal, memberikan pengaturan gerakan kita; akhirnya, yang lain lagi memberikan sinyal dari dunia luar dan menciptakan dasar bagi perilaku sadar kita. Mari kita pertimbangkan jenis sensasi utama secara terpisah.

Sensasi interoseptif, yang menandakan keadaan proses internal tubuh, membawa iritasi ke otak dari dinding lambung dan usus, jantung dan sistem peredaran darah serta organ dalam lainnya. Ini adalah kelompok sensasi yang paling kuno dan paling dasar. Sensasi interoseptif adalah salah satu bentuk sensasi yang paling tidak disadari dan paling menyebar dan selalu mempertahankan kedekatannya dengan keadaan emosional.

Sensasi proprioseptif memberikan sinyal tentang posisi tubuh dalam ruang dan merupakan dasar aferen gerakan manusia, memainkan peran penting dalam pengaturannya. Reseptor perifer sensitivitas proprioseptif terletak di otot dan sendi (tendon, ligamen) dan berbentuk badan saraf khusus (badan Paccini). Kegembiraan yang terjadi pada organ-organ ini mencerminkan sensasi yang terjadi ketika otot diregangkan dan posisi persendian berubah. Dalam fisiologi dan psikofisiologi modern, peran proprioception sebagai dasar aferen gerakan pada hewan dipelajari secara rinci oleh A. A. Orbeli, P. K. Anokhin, dan pada manusia - oleh N. A. Bernstein. Kelompok sensasi yang dijelaskan mencakup jenis kepekaan tertentu yang disebut perasaan keseimbangan, atau sensasi statis. Reseptor perifernya terletak di saluran setengah lingkaran telinga bagian dalam.

Kelompok sensasi ketiga dan terbesar adalah sensasi eksteroseptif. Mereka membawa informasi dari dunia luar kepada seseorang dan merupakan kelompok sensasi utama yang menghubungkan seseorang dengan lingkungan eksternal. Seluruh kelompok sensasi eksteroseptif secara kondisional dibagi menjadi dua subkelompok: sensasi kontak dan sensasi jauh.

Sensasi kontak disebabkan oleh dampak yang langsung diterapkan pada permukaan tubuh dan organ yang dirasakan. Contoh sensasi kontak adalah rasa dan sentuhan.

Sensasi jauh disebabkan oleh rangsangan yang bekerja pada organ indera pada jarak tertentu. Indra ini mencakup penciuman dan terutama pendengaran dan penglihatan.

Klasifikasi sensasi genetik

1. protopatik(lebih primitif, afektif, kurang terdiferensiasi dan terlokalisasi), yang meliputi perasaan organik (lapar, haus, dll);
2. epikritik(membedakan secara lebih halus, objektif dan rasional), yang meliputi indera dasar manusia.

Sensitivitas epikritik lebih muda dalam hal genetik, dan mengontrol sensitivitas protopatik.

Sifat umum sensasi

Berbagai jenis sensasi dicirikan tidak hanya oleh kekhususannya, tetapi juga oleh sifat-sifat yang sama. Properti ini meliputi: kualitas, intensitas, durasi dan lokalisasi spasial.

Kualitas- ini adalah ciri utama sensasi tertentu, yang membedakannya dari jenis sensasi lain dan memvariasikannya dalam jenis sensasi tertentu. Keragaman sensasi kualitatif mencerminkan keragaman bentuk pergerakan materi yang tak terbatas.

Intensitas sensasi adalah karakteristik kuantitatifnya dan ditentukan oleh kekuatan stimulus saat ini dan keadaan fungsional reseptor.

Lamanya sensasi adalah karakteristik sementaranya. Hal ini juga ditentukan oleh keadaan fungsional organ sensorik, tetapi terutama oleh waktu kerja stimulus dan intensitasnya.

Ketika suatu rangsangan bekerja pada organ indera, sensasi itu tidak segera muncul, tetapi setelah beberapa waktu - yang disebut periode sensasi laten (tersembunyi). Periode laten berbagai jenis sensasi tidak sama: misalnya, untuk sensasi sentuhan adalah 130 ms; untuk rasa sakit - 370, dan untuk rasa - hanya 50 ms.

Sebagaimana sensasi tidak muncul bersamaan dengan timbulnya stimulus, sensasi juga tidak hilang bersamaan dengan berhentinya aksinya. Kehadiran gambar berurutan positif menjelaskan mengapa kita tidak melihat jeda antara bingkai film yang berurutan: gambar tersebut diisi dengan jejak bingkai yang beraksi sebelumnya - gambar berurutan dari gambar tersebut. Citra yang konsisten berubah seiring berjalannya waktu, citra positif digantikan oleh citra negatif. Dengan sumber cahaya berwarna, gambar berurutan berubah menjadi warna komplementer.